Analisis Prediksi Harga LINK, HIVE, DOT, BAT dan FLUX, di Juli - W1

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Analisis Prediksi Harga LINK, HIVE, DOT, BAT dan FLUX, di Juli - W1

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Analisis Prediksi Harga LINK, HIVE, DOT, BAT dan FLUX, di Juli - W1 Setelah membentuk pola kepala dan bahu terbalik bullish, Bitcoin gagal reli.

Mari kita analisis koin web3 untuk melihat apakah ada pola bullish yang tersembunyi!

Setelah membentuk pola kepala dan bahu terbalik bullish, Bitcoin gagal reli. Pada gilirannya, itu rusak lebih dari 6% pada hari Kamis, yang menyebabkan Bitcoin menembus level $19.000. Apakah ini indikasi bahwa pasar belum mencapai titik terendah dan dapat segera menembus titik terendah $17.600? Mari kita lihat untuk melihat apa yang ditunjukkan oleh koin-koin itu.

Dalam analisis sebelumnya , kami telah mengantisipasi bahwa Bitcoin akan membentuk zona dan berdagang menyamping, persis seperti yang terlihat minggu lalu. Banteng tampaknya memegang kendali setelah kepala terbalik terbentuk, menunjukkan reli yang kuat ke resistance di $26.000. Namun, pandangan ini tidak valid setelah Bitcoin mogok pada hari Kamis yang menyebabkan polanya gagal.

Sepertinya ini bukan bagian bawah untuk Bitcoin, karena tidak dapat menembus kembali di atas resistance di $22.500. Inilah sebabnya mengapa setiap pembelian baru harus ditunda sampai kita melihat penembusan yang jelas di atas $22.500. Tanda lain dari bull menjadi lemah terlihat pada hari Jumat ketika Bitcoin pulih ke $21.000 pada siang hari.

Namun, ditutup pada $19.000 setelah volume pembelian tampaknya mereda. Jika terendah $17.600 ditembus, perkirakan pergerakan cepat ke $16.800. Bitcoin juga bisa menuju pola double bottom. Itu bisa menandai bagian bawah, tetapi terlalu dini untuk mengantisipasi pola seperti itu terbentuk.

LINK/USDT

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Analisis Prediksi Harga LINK, HIVE, DOT, BAT dan FLUX, di Juli - W1

Untuk menjaga analisis seakurat mungkin, kami akan tetap berpegang pada grafik logaritmik dan kerangka waktu 4 jam seperti minggu lalu.

Dalam bagan LINK, kita dapat melihat bahwa dukungan di $6 telah diuji beberapa kali minggu lalu. Tetapi bear akhirnya mampu menembus support pada hari Kamis. Sepertinya LINK sekarang akan menguji support trendline di $5,65, yang harus dipegang oleh bull. Penurunan ke level terendah $5,30 dapat terlihat jika garis tren ditembus.

LINK berkonsolidasi dalam kisaran ketat pada hari Senin, menandakan bahwa pergerakan signifikan akan segera terlihat. Apakah LINK dapat menembus di atas $6?

Pedagang dapat mengharapkan reli yang kuat ke $7,55 jika konsolidasi dapat mengakibatkan garis tren dihormati oleh harga. Ini bisa menyebabkan pemantulan yang kuat dari garis tren. Penutupan di atas $6 harus dilihat sebagai konfirmasi pemantulan.

HIVE/USDT

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Analisis Prediksi Harga LINK, HIVE, DOT, BAT dan FLUX, di Juli - W1

Setelah reli lebih dari 50% minggu lalu, pembeli tampaknya sudah mulai membukukan keuntungan mereka. HIVE diperdagangkan lebih dari 14% lebih rendah pada hari Kamis karena kinerjanya buruk terhadap Bitcoin. Ini bukan pertanda terbaik bagi para pedagang yang mengharapkan kenaikan berlanjut. Sepertinya HIVE telah memulai retracement ke level Fibonacci 0,618 setelah menembus support penting di $0,57 pada hari Kamis.

Bulls akan kembali di dekat support di $0,44, yang juga merupakan level Fibonacci 0,618. Namun, jika level ini tidak dipertahankan, perkirakan HIVE akan segera kembali ke tempat reli dimulai.

Pada saat penulisan, HIVE tampaknya menembus support di $0,44. Inilah alasan mengapa trader harus menghindari posisi buy. Bulls telah kehilangan level $0,618, yang merupakan support penting. Oleh karena itu, HIVE sekarang dapat menuju support berikutnya di $0,318. Trader harus menunggu penutupan di atas $0,44 untuk memperkirakan tren turun akan berakhir, yang saat ini tidak mungkin terjadi.

Pedagang harus berhati-hati dan harus menunggu pembalikan yang jelas di dekat support di $0,44 sebelum melakukan pembelian baru.

DOT/USDT

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Analisis Prediksi Harga LINK, HIVE, DOT, BAT dan FLUX, di Juli - W1

Zona pasokan yang kami identifikasi dalam analisis minggu lalu sekali lagi terbukti terlalu kuat untuk ditembus DOT. Penurunan datang dengan kekuatan penuh di dekat zona suplai di $8,5, menyebabkan harga turun langsung ke level support penting di $6,50.

Setelah mendekati support di $6.63 DOT telah diperdagangkan dalam kisaran yang sangat ketat. Sebuah pembalikan harus segera terlihat. Jika tidak, support akan terus melemah, mengakibatkan breakdown. Jika support ini tidak bertahan, kita dapat mengharapkan level terendah baru 52 minggu yang akan ditetapkan oleh DOT. Sedikit divergensi RSI yang mengisyaratkan pembalikan juga terlihat. Namun, volume pembelian saat ini tidak terlihat.

Inilah sebabnya mengapa pedagang harus menghindari membeli DOT sampai mampu mendaftarkan pemantulan yang kuat dari level dukungan. Setelah bouncing terlihat, kami dapat mengkonfirmasi pembentukan pola triple bottom. Pedagang kemudian dapat menetapkan target di zona pasokan pada $8,50. Penting bagi trader untuk bersabar dan menunggu pembalikan yang jelas sebelum membeli DOT karena breakdown masih bisa terlihat.

BAT/USDT

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Analisis Prediksi Harga LINK, HIVE, DOT, BAT dan FLUX, di Juli - W1

Setelah pembalikan kuat dalam tren yang terlihat pada level terendah pada Februari 2021, harga ditolak oleh zona penawaran di $0,43. Ini diikuti oleh tren turun yang kuat ke level support di $0,35. Namun, minggu lalu BAT sangat mengungguli Bitcoin untuk menguji zona pasokan. Itu ditolak sekali lagi. Sekarang kemungkinan akan menguji zona support di $0,35.

Harga harus tetap di atas $0,35 agar tren naik terus berlanjut. Pedagang dapat mengharapkan reli yang kuat setelah BAT mampu keluar dari zona pasokan di $0,44.

Reli yang kuat hanya bisa dilihat setelah resistance di $0,44 dibalik. Penutupan di atas $0,44 bisa membuat kenaikan kembali. Namun, sepertinya tidak karena harga akan menuju support di $0,35.

Jika support tersebut ditembus, perkirakan harga akan menguji level support berikutnya di $0,30.

FLUX/USDT

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Analisis Prediksi Harga LINK, HIVE, DOT, BAT dan FLUX, di Juli - W1

FLUX telah menjadi koin terlemah dibandingkan dengan yang lain selama beberapa minggu terakhir, dan sepertinya itu terjadi sekali lagi.

FLUX rally lebih dari 30% minggu lalu, tetapi harga segera jatuh kembali ke level support di $0,4. FLUX bisa segera mencapai titik terendah baru sepanjang masa karena diperdagangkan mendekati support terakhir. Pedagang harus menjauh dari FLUX saat ini. Ini telah membentuk struktur yang sangat bearish, dan pembalikan tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Ringkasan

Rekap cepat semua koin:
  • LINK berkonsolidasi dalam kisaran ketat dan dapat segera keluar dari resistance yang kuat.
  • Pedagang harus menghindari HIVE untuk saat ini karena retracement belum berakhir. 
  • DOT diperdagangkan tepat pada support terakhir. 
  • Pola triple bottom dapat dikonfirmasi setelah pembalikan terlihat. 
  • Reli bullish yang kuat akan segera terlihat di BAT
  • Tapi hanya sekali resistensi dibersihkan. 
  • FLUX kemungkinan akan mencapai titik terendah baru sepanjang masa. 
  • Inilah sebabnya mengapa Anda harus menjauh dari koin sampai dapat menembus resistance di $0.62.

Ingatlah bahwa ini semua didasarkan pada pandangan subjektif penulis. Seperti biasa, DYOR!

di Tulis Oleh: Ansh Rathod



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News CoinMarketcap]

Gentrifikasi Dalam Geopolitik

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Gentrifikasi Dalam Geopolitik

Telaah Kecil Asymmetric War

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Gentrifikasi Dalam Geopolitik Gentrification atau gentrifikasi menurut KBBI diartikan sebagai imigrasi penduduk kelas (ekonomi) menengah ke wilayah kota yang buruk keadaannya, atau baru saja diperbaiki, atau dipermodern.

Tidak ada hal urgen dalam definisi tersebut. Biasa saja. Sebab, gentrifikasi dianggap fenomena atas evolusi yang pasti terjadi di setiap kota/wilayah, mengapa? Sebab, persepsi publik menilai gentrifikasi identik urbanisasi. Sekadar perpindahan penduduk dari desa ke kota. Tidak salah, hanya kurang akurat.

Tatkala ia dikaji dari perspektif geopolitik, maka akan mulai nampak hidden agenda terutama bila gentrifikasi dilakukan secara terstruktur, sistematis, dan masive. Asumsinya adalah, bahwa ada ‘sesuatu’ yang bukan sekadar urbanisasi. Memang perlu diskusi secara menukik, inside, serta meluas guna membuat terang asumsi.

Secara geopolitik, ia gentrifikasi bisa digolongkan varian baru lebensraum (teori ruang) atau living space yang bersifat soft/smart power, bukan hard power sebagaimana lazimnya militer di depan pada implementasi teori ruang. Gentrifikasi itu fenomena perpindahan penduduk antarnegara, bukan di internal negara.

Jadi, dari sisi pola - gentrifikasi merupakan modus baru lebensraum secara nirmiter. Asymmetric war. Dan secara substansif, ia dianggap (teori ruang) inti geopolitik. Basis pemikirannya, “Manusia butuh negara dan negara butuh ruang hidup”. Itu filosofi tua dari geopoliik.

Gentrifikasi dinilai sebagai inovasi terbaru teori ruang (living space) atau lebensraum dengan target mengubah pribumi mayoritas menjadi minoritas. Bahkan bisa jadi, suatu saat kaum imigran justru menguasai ekonomi, pengendali politik dan kekuasaan sebagaimana terjadi di beberapa negara.

Sebagai varian lebensraum, target gentrifikasi selain menguasai ibukota suatu negara, juga melalui pinggiran. Ini seperti (teori) memakan bubur panas, atau desa mengepung kota. Dimulai dari pinggir. Tergantung kondisi terget. Memang lebih dahsyat jika kedua modus dijalankan secara bersamaan. Ya dari ibukota, dari pinggiran pun iya.

Mengapa begitu?

Ketika ibukota sudah dikuasai (asing) maka daerah lainnya soal waktu. Atau, bila wilayah pinggiran sudah dikendalikan, tinggal selangkah lagi yakni referendum sebagai (opsi) lanjutan.

Berbasis pengalaman, opsi referendum pasti diawali sebaran isu. Entah isu HAM misalnya, atau isu keadilan, demokrasi, atau isu konflik vertikal dan seterusnya. Tahap berikut adalah eksploitasi dan internasionalisasi isu agar publik global melirik, lantas dibawa ke level global cq PBB sebagai alasan diterbitkan resolusi.

Apakah gentrifikasi sebagai modus kolonialisme itu ada dan nyata, atau sekadar ilusi pengkaji geopolitik?

Gentrifikasi itu ada dan nyata, bahkan berada (existance). Keberadaan suku Maya di Amerika sebagai contoh, atau termarginalnya Aborigin di Australia, terpinggirnya suku Melayu di Singapura, Malaysia dan set mereka itu korban strategi gentrifikasi kaum imigran. Kenapa? Pribumi justru menjadi minoritas di tanah leluhurnya. Istilahnya Absentee of Lord. Tuan tanah yang tidak berpijak di tanahnya sendiri.

Maka, Bung Karno (BK) dahulu selalu menggelorakan konsepsi ruang hidup versinya:

“Bahwa orang dan tempat tidak dapat dipisahkan, rakyat dan bumi yang ada di bawah kakinya tidak dapat dipisahkan”.

Itu pokok-pokok pemikiran BK. Dan jika merujuk konsepsi BK, bangsa ini sepertinya abai geopolitik, mengapa? Sebab, selain asyik bergulat dalam kegaduhan ‘demokrasi glamor’ yaitu dinamika politik yang terlihat mewah di atas permukaan tetapi miskin substansi, karena kegaduhannya tak menyentuh kepentingan nasional; juga, bangsa ini mulai terjangkit apa yang disebut stockholm syndrom, justru jatuh cinta kepada kaum penjajah.

Bagaimana gentrifikasi selaku metode kolonialisme beroperasi?

Secara umum, datanya boleh dilihat pada Ikatan Ahli Perencanaan (IAP). Selama periode 2000-2001 luas perkotaan selain bertambah 1.100 km, juga selama 60 tahun urbanisasi populasi meningkat 4,4 persen. Puncaknya pada 2013, perkotaan di Indonesia mencapai 130 juta jiwa atau 52 persen dari total penduduk Indonesia.

Dan pada 2025 kelak, populasi perkotaan ditaksir meningkat 68 persen, kata Bernie, Ketua IAP kepada Kompas.com (4/10/2016). Namun, itu data umum serta prakiraan IAP tanpa merujuk praktik dimensi ruang dari asing. Sekali lagi, IAP tidak keliru, cuma kurang akurat.

Ya. Secara asymmetric war, metode gentrifikasi dianggap berhasil di Singapura, Australia, AS dan lain-lain sebagaimana diulas sekilas di atas. Retorika pun muncul, “Berbasis pengalaman, negara mana yang kerap menggunakan pola gentrifikasi sebagai strategi?

di Tulis Oleh: M Arief Pranoto, Pengkaji Geopolitik, Global Future Institute (GFI)



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News theglobal-review]

Indonesia dan Negara-Negara Berkembang Harus Mencegah Krisis Pangan Sebagai Efek Domino Krisis Ukraina

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Indonesia dan Negara-Negara Berkembang Harus Mencegah Krisis Pangan Sebagai Efek Domino Krisis Ukraina. (www.suriya-aceh.eu.org)-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Indonesia dan Negara-Negara Berkembang Harus Mencegah Krisis Pangan Sebagai Efek Domino Krisis Ukraina Beberapa stakeholders (pemangku kepentingan) yang bergerak dalam sektor pangan di Indonesia semakin santer menyuarakan kekhawatiran bakal timbulnya kelangkaan pangan menyusul embargo Eropa Barat dan AS terhadap Rusia. Sanksi ekonomi AS dan Barat seturut dengan meletusnya konflik Rusia-Ukraina, pada perkembangannya akan berdampak terhadapa negara-negara Dunia Ketiga (Developing Countries) baik di kawasan Asia maupun Afrika.

Mesir sekadar ilusrasi, salah satu negara berkembang yang secara geografis masuk kawasan Afrika, sangat bergantung pada gandum dan gas alam dari Ukraina dan Rusia. Di Indonesia, Food Bank of Indonesia (FOI) sebagai salah satu stakeholders pangan, juga mengkhawatirkan adanya kemacetan arus pasokan biji-bijian seperti gandum dan jagung, termasuk minyak sayur, padahal negeri kita masih mengandalkan impor untuk ketersediaan pangan.

Kekhawatiran Hendro Utomo dan Wida Lestari dari FOI nampaknya cukup beralasan. Betapa tidak, Di Chicago, AS saja, Harga gandum di pasar berjangka di Chicago telah melonjak setelah menyentuh tertinggi dalam sekitar 13 tahun terakhir pada hari Jumat (25/02), jagung juga diperdagangkan pada level harga yang cukup tinggi.

Kekhawatiran FOI terhadap kemungkinan melonjaknya harga pangan dan bahkan tersumbatnya kelancaran biji-bijian, gandum dan minyak sayur, tentunya berdasarkan fakta bahwa Rusia dan Ukraina menyumbang sekitar 30 persen ekspor gandum global, sekitar 80 persen ekspor minyak bunga matahari internasional. Juga patut dicatat, Rusia dan Ukraina pemasok utama gandum ke Timur Tengah dan Eropa. Dan bukan itu saja, Turki dan Mesir juga merupakan importir gandum terbesar dari Rusia.

Selain Indonesia yang saat ini masih sangat bergantung pada impor dari luar negeri, krisis pangan juga diperkirakan bakal menimpa beberapa negara Timur-Tengah seperti Yaman, Libya, dan Lebanon.

Jika konflik Ukraina-Rusia semakin meningkat eskalasinya, yang disertai dengan sanksi ekonomi dan embargo dari AS dan Uni Eropa, maka timbulnya krisis pangan akan terjadi sebagai akibat terganggunya arus pengiriman biji-bijian dari Pelabuhan Laut Hitam ke Asia, Afrika, dan Uni Eropa. Dengan demikian selain masyarakat negara-negara berkembang dari Asia dan Afrika, masyarakat Eropa pun juga akan menderita krisis ketersediaan pangan dan melonjaknya harga pangan. Hal tersebut terjadi akibat timbulnya gangguan rantai pasok, dan tingginya permintaan dari pihak konsumen.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Indonesia dan Negara-Negara Berkembang Harus Mencegah Krisis Pangan Sebagai Efek Domino Krisis Ukraina. (www.suriya-aceh.eu.org)-"
Selain daripada itu, melonjaknya harga pangan juga disebabkan keputusan beberapa negara seperti India, untuk memberlakukan larangan ekspor dengan tujuan untuk mengamankan pasokan di dalam negeri.

Begitulah. Krisis Ukraina pada perkembangannya menciptakan efek domino, krisis pangan di negara-negara Asia, Afrika dan Timur-Tengah, yang notabene masuk dalam kelompok negara-negara yang sedang berkembang.

Terkait efek domino yang bakal menimpa Indonesia, Hendro Utomo dari FOI mengingatkan semua pemangku kepentingan pangan untuk mengantisipasi krisis pangan akibat diberlakukannya larangan Ekspor Pangan Pokok. Hendro Utomo memperkirakan dampak krisis pangan ke Indonesia:
  1. Meningkatknya inflasi akibat ekspor minyak. 
  2. Berkurangnya gandum pangan utama 
  3. Berkurangnya pupuk dari Rusia ke produsen kedelai. Apalagi beberapa bulan yang lalu, masyarakat Indonesia sempat panik akibat melonjaknya harga kedelai.
Mencermati serangkaian fakta-fakta tersebut tadi, Indonesia dan negara-negara berkembang baik yang tergabung dalam forum Konferensi Asia-Afrika, Gerakan Nonblok maupun Organisasi Konferensi Islam (OKI), untuk segera menyusun strategi dan keputusan bersama untuk mencegah semakin meningkatnya krisis pasokan pangan maupun melonjaknya harga pangan.

Terkait dengan hal itu, forum Konferensi Tingkat Tinggi G-20 yang akan diselenggarakan di Indonesia pada November 2022 mendatang, harus dimanfaatkan untuk menggalang kerjasama strategis untuk kepentingan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sikap politik luar negeri RI yang berasaskan Bebas dan Aktif, dan berada di luar orbit pengaruh kepentingan negara-negara adikuasa, hendaknya mendayagunakan forum multilateral G-20 yang kali ini Indonesia bertindak sebagai tuan rumah, untuk semaksimal mungkin memperjuangkan aspirasi negara-negara berkembang atau Dunia Ketiga. Yaitu untuk mencegah jangan sampai krisis Ukraina menimbulkan efek domino berupa krisis pangan ke negara-negara kawasan Asia, Afrika dan Timur Tengah.

di Tulis Oleh: Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News theglobal-review]

Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik Di tengah semakin agresifnya Amerika Serikat dan Inggris untuk menyeret negara-negara di kawasan Asia Tenggara (ASEAN) ke dalam kutub AS-NATO, aliansi strategis yang dimotori oleh Cina dan Rusia melalui payung Shanghai Cooperation Organization (SCO) kiranya kiranya layak dipertimbangkan sebagai kekuatan alternatif maupun sebagai strategi perimbangan kekuatan menghadapi AS-Inggris-NATO yang ingin tetap memaksakan pendekatan Unipolar atau pengkutuban tunggal.

SCO Kekuatan Regional Baru Berlingkup Eropa-Asia

Maka itu, SCO yang dimotori Cina dan Rusia, sangat layak diperluas lingkup kerjasamanya bukan saja dengan negara-negara Asia Tengah melainkan juga dengan negara-negara di Asia Tenggara, utamanya ASEAN. Dengan begitu, aliansi strategis ASEAN-SCO sangat efektif sebagai strategi perimbangan untuk menghadapi hegemoni global AS dan NATO.

SCO bermula pada 15 Juni 2001 ketika kepala negara Cina, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan bertemu di Shanghai, menandatangani deklarasi kerjasama yang kelak kita kenal sebagai SCO. Kerjasama berskema SCO tersebut selain merupakan tonggak kerjasama antar kawasan yaitu Eropa dan Asia, pun juga merupakan tonggak kerjasama internasional antarnegara pada abad 21.

Terbentuknya SCO sebagai kerjasama regional antara Cina-Rusia dan negara-negara dari Asia Tengah tersebut, menandai babakan baru kerjasama regional antara negara-negara Asia maupun Eropa.

Maka itu sangat masuk akal dan cukup beralasan ketika saat ini SCO dipandang oleh dunia internasional sebagai kekuatan baru yang penting dan konstruktif di kawasan Eropa dan Asia maupun di berbagai fora internasional.

Pada fase konsolidasinya antara 2001-2004, SCO mulai meluncurkan apa yang disebut the Shanghai Spirit yang menjadi landasan moral yang mengikat soliditias negara-negara anggota SCO seperti: Saling percaya satu sama lain (mutual trust), saling menguntungkan (mutual benefit), kesetaraan (eguality), mengedepankan musyawarah untuk mencapai konsensus (consultation), menghargai keanekaragaman budaya (respect for cultural diversity), serta mengupayakan kerjasama pembangunan.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik-"
In the absence of clear guidance about how maritime cooperation is to be operationalised, navies engage in short-term arm’s length collaboration (Adam K Thomas/US Navy/Flickr)

SCO juga menyepakati apa yang kemudian dikenal sebagai Shanghai Charter atau Piagam Shanghai untuk memerangi terorisme, separatisme dan ekstrimisme. Serta menyepakati kerjasama perdagangan secara multilateral.

Pada 2007 kerjasama SCO semakin mantap dengan adanya dokumen hukum yang mengekspresikan cita-cita dan tekad mewujudkan persahabatan dan perdamaian abadi antar negara anggotanya, sekaligus penegasan status setara antar negara-negara anggota SCO, serta konsensus untuk menjalin kerjasama di berbagai bidang.

Adapun landasan hukum bagi terbangunnya kerjasama keamanan antarnegara anggota SCO semakin terkonsolidasi dengan dikeluarkannya konvensi untuk memerangi terorisme pada 2009, dan memerangi ekstremisme pada 2017. Bahkan sebelumnya pada 2014, SCO sebagai kerjasama regional semakin menguat dan solid melalui ikatan yang disebut Intergovernmental Agreement on International Road Facilitation.

Dengan demikian, kerjasama regional antar anggota SCO semakin solid dan kuat. Misalnya dengan diselenggarakannnya latihan militer bersama di bawah naungan Peace Mission Joint anti-Terrorism Military Exercise.

Bukan itu saja. Dalam Astana Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi di Kazakhstan pada 2017, telah menetapkan deadline penarikan mundur pasukan AS dari kawasan Asia Tengah. Yang secara tersirat termasuk penarikan mundur pasukan AS dari Afghanistan.

Prospek SCO sebagai kerjasama regional berlingkup Eropa dan Asia itu semakin nyata dengan diterimanya Mongolia sebagai peninjau (observer) pada 2004. Pada 2017 SCO beranggotakan enam negara, enam negara peninjau, dan enam negara mitra dialog. Menariknya lagi, Pakistan dan India dari Asia Selatan diterima sebagai anggota penuh SCO dalam KTT Astana pada 2017.

Maka dengan tak ayal, SCO telah berkembang sebagai kekuatan regional yang semakin berpengaruh dan ambisius. Apalagi dengan semakin meningkatnya jumlah anggota dengan bergabungnya India dan Pakistan, SCO bakal menjadi lembaga regional terbesar di dunia, yang mencakup 60 persen dari kawasan Eropa-Asia, dengan jumlah penduduk 3,2 miliar jiwa.

Sehingga kerjasama yang terbangun tidak saja dengan negara-negara anggota SCO, melainkan juga dengan negara-negara mitra dialog maupun negara-negara peninjau. Seraya semakin intens menjalin komunikasi baik dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun organisasi-organisasi internasional lainnya. Dalam kerangka untuk membangun jaringan multi-dimensi.

Dengan ditetapkannya Blueprint Kerjasama Ekonomi dan Perdagangan diharapkan akan mewujudkan kelancaran arus transportasi barang, modal, jasa dan teknologi pada 2035 mendatang atas dasar the Shangai Spirit.

Kerjasama Strategis ASEAN-SCO di Bidang Keamanan Maritim

Menyadari kenyataan bahwa SCO sebagai kekuatan regional dalam lingkup Eropa-Asia akan semakin berpengaruh di masa depan, Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN, sudah saatnya untuk mempertimbangkan lingkup kerjasama dengan SCO pada tataran yang lebih strategis. Salah satu bidang yang cukup penting dan mengandung nilai strategis di bidang ketahanan nasional baik bagi ASEAN secara kolektif maupun bagi masing-masing negara anggota ASEAN adalah kerjasama di bidang keamanan maritim.

Seperti kita ketahui di dalam internal negara-negara SCO itu sendiri seperti Iran, Paskitan, India, Cina dan Rusia, sejatinya merupakan negara-negara pesisir (coastal states) yang berarti termasuk negara maritim. Adapun kawasan Asia Tenggara itu sendiri secara lokasi geografis, berada di posisi silang antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Dengan demikian kombinasi ruang maritim dari SCO maupun ASEAN bakal meliputi Teluk Persia, Samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Ruang maritim yang berada di bawah kendali negara-negara SCO maupun ASEAN tersebut pada perkembangannya akan menghadapi beberapa tantangan cukup serius di masa depan dalam bidang keamanan bersifat non-tradisional seperti perompakan dan terorisme di lautan, migrasi ilegal. Illegal fishing atau pencurian ikan, penyelundupan, maupun bencana alam hasil rekayasa manusia atau man-made disasters.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik-"
Mengantisipasi dan merespons ancaman-ancaman keamanan non-tradisional tersebut, SCO dan ASEAN berada dalam posisi yang saling menguntungkan untuk berkolaborasi memerangi ancaman-ancaman di bidang keamanan maritim sebagai kekuatan regional dan komunitas keamanan pada lingkup kawasan Eropa dan Asia.

Bagi negara-negara ASEAN termasuk Indonesia, kerjasama keamanan di bidang maritim dengan SCO merupakan hal yang cukup strategis, mengingat saat ini negara-negara SCO meskipun merupakan negara-negara pesisir atau lepas pantai(coastal states), namun belum menetapkan kerjasama keamanan maritim sebagai area yang jadi fokus utama. Saat ini SCO masih berfokus terutama dalam kerjasama keamanan berbasis darat atau land-based security cooperation.

Untuk itu, ASEAN dan SCO yang sudah mempunyai norma-norma, berbagai kebijakan dan mekanisme-mekanisme kelembagaan maupun kegiatan yang sudah ada dan tersedia, pada perkembangannya dapat diperluas untuk memfasilitasi kerjasama keamanan maritim antara SCO dan ASEAN.

SCO maupun ASEAN sama-sama sudah memiliki piagam yang sama-sama menghargai kedaulatan nasional masing-masing negara, menentang intervensi negara-negara asing, mengutamakan musyawarah (consulstation) dan konsensus, serta menghargai hukum internasional sebagai guiding principles.

Selain itu, SCO dan ASEAN sudah menandatangani Memorandum of Understanding pada 2005 yang secara khusus berfokus pada kerjasama di bidang kontra terorisme, narkoba dan obat bius, penyelundupan dan pencucian uang (money laundering), perdagangan ilegal manusia (illegal human trafficking), melalui pertukaran informasi maupun berbagi kerjasama dalam modus-modus kegiatan di level praktis. Selain itu pada 2015 dan 2019, SCO dan ASEAN sudah bertemu untuk membahas kerjasama keamanan dalam bidang kontra terorisme, memerangi separatisme, penyelundupan narkoba dan kejahatan cyber (cybercrime).

Namun demikian meskipun ASEAN dan SCO sudah punya landasan kuat untuk membangun kerjasama keamanan utamanya di bidang kerjasama keamanan maritim, namun belum memiliki kebijakan untuk mengkoordinasikan (policy coordination) kerjasama keamanan maritim antara ASEAN dan SCO.

Padahal ASEAN sudah mendorong kerjasama keamanan maritim sebagai prioritas organisasi melalui ASEAN Regional Forum (ARF), ASEAN Maritime Forum (AMF) dan ASEAN Navy Chief Meeting (ANCM). Sayangnya, SCO pun belum memprakarsai terciptanya policy coordination atau kebijakan pengordinasian di internal antar negara-negara SCO itu sendiri.

Alhasil beberapa negara anggota SCO seperti Iran, Pakistan, India, Rusia dan Cina, mengadakan kerjasama keamanan maritim secara tersendiri di luar kerangka SCO dan dengan pihak ketiga, baik terkait kebijakan, perencanaan, dan program.

Menurut saya, inilah tantangan terpenting dalam rangka menciptakan harmonisasi kerjasama antara ASEAN dan SCO terkait kerjasama keamanan maritim pada tataran organisatoris.

Meskipun ASEAN saat ini telah memiliki ragam mekanisme kelembagaan yang menangani kerjasama keamanan maritim seperti ARF, AMF dan ANCM, namun jika ditinjau dari dari segi agenda maupun design serta tujuan dari mekanisme kelembagaan yang ada tersebut, ternyata belum cukup memadai untuk melembagakan kerjasama keamanan maritim SCO-ASEAN. Maka itu sangatlah penting untuk menciptakan mekanisme kelembagaan baru untuk memfasilitasi kerjasama keamanan maritim ASEAN-SCO.

Lebih daripada itu, konflik internal di antara negara-negara sesame anggota SCO maupun konflik internal antar sesama negara-negara ASEAN, apalagi dengan didukung campurtangan dari negara-negara adikuasa, pada perkembangannya bisa membahayakan prospek kerjasama keamanan maritim antara ASEAN dan SCO.

Misalnya persaingan global yang semakin menajam dan memanas antara Rusia dan Cina di Asia Tengah, konflik wilayah perbatasan/border dispute Kashmir antara India dan Pakistan, maupun ketegangan yang semakin memanas di Laut Cina Selatan, juga dapat merusak soliditas, kredibilitas dan integritas ASEAN dan SCO sebagai fondasi kerjasasama strategis Komunitas Keamanan Eropa-Asia.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Kerja sama Keamanan Maritim ASEAN-SCO Sangat Strategis Secara Geopolitik-"
Badan Keamanan Laut (Bakamla) menggandeng US Coast Guard Amerika Serikat untuk bekerja sama di bidang keamanan maritim.

Selain itu, upaya campurtangan eksternal dari AS, Jepang, dan Australia untuk menyeret India, Singapura dan Filipina untuk bergabung ke dalam kutub persekutuan regional versi AS dan NATO dengan dalih untuk membendung Cina di kawasan Asia Pasifik, akan menciptakan iklim yang tidak kondusif dari segi politik-keamanan maupun stabilitas kawasan di Asia Pasifik, dan Asia Tenggara pada khususnya.

Lantaran pendekatan yang akan dipakai AS dan blok NATO akan lebih mengutamakan pendekatan hard power dan konfrontasi serta isolasi terhadap negara-negara yang dipandang sebagai lawan atau musuh AS dan sekutu-sekutunya. Termasuk terhadap negara-negara yang tergabung dalam ASEAN.

Maka itu, pentingnya kerjasama ASEAN dan SCO adalah untuk mendorong terciptanya metode baru yang lebih inklusif dan konstruktif dalam mengelola persaingan yang melibatkan negara-negara adikuasa di kawasan Asia. Sehubungan dengan kerangka gagasan tersebut, kerjasama keamanan maritime ASEAN-SCO diharapkan dapat menciptakan dampak positif dalam bidang kerjasama keamanan maritim.

ASEAN sejatinya merupakan organisasi berbasis dialog atau a dialogue based organization, sementara SCO memiliki dimensi yang lebih praktis. Sementara SCO berupaya mewujudkan Peace Mission counter-terrorism exercises, ASEAN telah menunjukkan keinginannya yang kuat untuk membentuk apa yang disebut mini-lateral cooperation atau kerjasama mini-lateral seperti the Trilateral Security Cooperation di Laut Sulu-Sulawesi antara Indonesia, Malaysia dan Filipina.

Pendekatan Kerjasama mini-lateral tersebut dinilai dapat menghindari beberapa kendala dan kontroversi terkait dengan kerjasama multilateral yang bersifat tradisional, seraya berfungsi sebagai laboratorium untuk menguji apakah pendekatan kerjasama mini-lateral bisa berhasil dan efektif, dan dapat diperluas lingkup kerjasamanya ke tingkat multilateral.

Atas dasar gagasan tersebut, negara-negara yang tergabung dalam SCO maupun ASEAN, sudah saatnya mengeksplorasi dan menguji efektivitas kerjasama keamanan maritim melalui lingkup pendekatan kerjasama mini-lateral seperti dalam kontra-terorisme di laut termasuk perompakan, penanggulangan bencana alam(disaster relief exercise), pemberantasan migran ilegal, perdagangan narkoba, dan money laundering atau pencucian uang.

di Tulis Oleh: Hendrajit, pengkaji geopolitik, Global Future Institute


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News theglobal-review]

Siapa Pembuat dan Penebar Covid-19 ke-2

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Siapa Pembuat dan Penebar Covid-19 ke-2-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Siapa Pembuat dan Penebar Covid-19 ke-2 Sebelum pecahnya Uni Soviet menjadi beberapa negara, para globalis cabal sebenarnya sudah menguasai hampir 95% aset di planet bumi. Maka dengan ambruknya Soviet, mereka merasa tidak ada lagi penghalang untuk mewujudkan mimpi membentuk New World Order (NWO) alias Tata Dunia Baru.

Ketika Vladimir Putin mengambilalih kekuasaan dari Boris Yeltsin, banyak pihak menduga kepemimpinannya tidak jauh beda dengan Yeltsin.

Namun publik salah terka. Selain punya partriotisme tinggi, Putin memiliki rasa keadilan dan kemanusiaan yang kuat. Dan di atas semuanya, ia adalah reinkarnasi atas kebangkitan-kemandirian Rusia di bidang politik dan ekonomi.

Dari perspektif geopolitik, status Rusia sekarang adalah autarki. Negara mandiri dan swasembada yang tak bergantung negara lain. Beruang Merah sebutan lain Rusia mampu memenuhi kebutuhan sendiri terutama air (bersih), pangan dan energi.

Langkah (awal) strategis Putin ialah membangun kekuatan militer secara diam-diam menjadi militer modern, handal, canggih serta memiliki ofensivitas daya gempur tinggi dan mampu melumpuhkan target dalam hitungan jam. Rusia memiliki kepercayaan diri untuk mengalahkan NATO seperti yang pernah ia tampilkan pada September 2015 di Syria. Atau, ketika ia menduduki Georgia (tahun 2008) dalam waktu seminggu di satu sisi; sementara AS dan sekutunya NATO-ISAF, hampir 10-an tahun (2001-2011) tak mampu mengalahkan Taliban di Afghanistan pada sisi lain.

Sebuah perbandingan mencolok mata. Kenapa?

Georgia itu negara berdaulat yang memiliki militer reguler lagi profesional, sedangkan Taliban adalah milisi di Indonesia semacam Banser yang hanya berbekal senjata pampasan.

Tatkala Putin mulai melawan skema NWO di sektor perbankan, justru di internal kubu NWO mulai retak. Usai Putin unjuk gigi, beberapa negara di lingkar NWO mulai berbalik secara diam-diam ke Rusia.

Selanjutnya, selain Beruang Merah telah menggalang persekutuan strategis dengan Cina, Venezuela dan Iran, tampaknya Turki dan Saudi Arabia pun mulai ‘melirik’ Rusia. Putin juga berhasil menguasai pasar minyak dunia justru di depan mata NATO dan para bankers globalisisme.

Agaknya kini, skema NWO ibarat rumah kartu yang setiap saat bisa runtuh diterpa angin. Oleh karena itu, pandemi jadi-jadian (fake pandemi) pun diciptakan melalui isu Covid19 bertujuan mencegah hiper-inflasi yang bisa merontokkan nilai dolar.

Melalui pandemi, kaum globalisme berharap bisa menunda krisis dengan menciptakan crypto currency - uang digital, sehingga para bankers masih bisa mengontrol arus supply uang.

Melihat rencana tersebut, Putin balik menyerang dengan menolak menurunkan kapasitas produksi minyak agar harga minyak 30 dolar AS/barel. Dengan cara itu, produksi minyak Barat menjadi lumpuh. Akibatnya, perbankan internasional termasuk The Fed terpaksa mengambil uang yang berputar di pasar modal untuk menyuntik dana mencegah bencana ekonomi.

Nah, pada 13 Februari 2021 kemarin, Putin menyatakan bahwa negaranya kini telah bebas dari cengkeraman kartel perbankan Rothchild dan komplotan pendukung NWO.

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Siapa Pembuat dan Penebar Covid-19 ke-2-"
Berbicara di depan Parlemen Rusia, ia menyatakan kemerdekaan total dari kartel perbankan di seluruh dunia. Monopoli dolar itu mengancam banyak bidang. Dan Putin membebaskan Rusia dari ketergantungan terhadap dolar.

De-dolarisasi perlu dipromosikan berdasarkan prinsip untuk melindungi kedaulatan negara.

Itulah pokok-pokok pemikiran Sylvain dengan improvisasi kecil dari penulis terutama soal latar geopolitik, NWO dan Bretton Woods Agreement.

Nah, sekarang menginjak pada analisis geopolitik berbahan pengamatan, kajian pustaka dan survei kecil penulis berbasis fakta empiris tentang siapa di balik Covid19.

Fakta empiris (empirical facts) itu metode mengkaitkan suatu data —peristiwa— dengan fakta lainnya, kemudian dirangkai, dianalisis, disusun serta disuguhkan dalam bentuk “gambar” atau narasi. Sedangkan terang atau tidaknya sebuah gambar, atau jelas atau samarnya narasi amat tergantung akurasi fakta dan/atau peristiwa yang dianggap sebagai data, termasuk ketajaman pisau analisa yang dipakai. Istilah kerennya: merangkai puzzle berserak menjadi sebuah bangunan.

Analisis ini berdasarkan tiga asumsi sebagai titik bahas, antara lain:

  1. berjangkitnya wabah/penyakit di suatu wilayah ketika ia sudah menimbulkan kelumpuhan massal di berbagai sektor, maka bisa diduga bahwa peristiwa tersebut bukan sekedar wabah lazimnya, tetapi boleh dipersepsikan sebagai “senjata” dalam arti mesin perang di sebuah pertempuran; 
  2. bahwa perang masa depan ialah peperangan geopolitik yang didominasi oleh teknologi komunikasi generasi kelima (atau 5G) dengan sarana drone atau pesawat nir-awak; 
  3. pada tahun 1986-an, ada riset dan pembahasan tentang nano biological computer atau komputer nano berbasis biologi di Harvard University, sedang komputer kala itu masih ‘jadul’ dengan ukuran-ukuran besar. Terdapat poin yang layak dicermati dalam riset tersebut terkait merebaknya Covid19 ini hari, bahwa nano computer selain bisa dimasukkan ke dalam tubuh manusia (melalui suntikan dan lain-lain), juga si programmer bisa membuat program apa saja sesuai keinginan. Itulah riset di Harvard tempo lalu tentang komputer nano. Entah hasil risetnya seperti apa, hingga sekarang tidak ada berita.

Itulah tiga asumsi yang merupakan pokok narasi dari analisis penulis di bawah ini.

Bersambung ke Bagian Ke-3

di Tulis Oleh: M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News theglobal-review]