Anggota DPR Apresiasi Kebijakan Zulhas Soal Harga Tandan Buah Segar-Sawit

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Anggota DPR Apresiasi Kebijakan Zulhas Soal Harga Tandan Buah Segar-Sawit

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Anggota DPR Apresiasi Kebijakan Zulhas Soal Harga Tandan Buah Segar-Sawit Anggota DPR RI Intan Fauzi mengapresiasi kebijakan dan langkah strategis Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dalam mengatasi jatuhnya harga tandan buah segar (TBS).

"Langkah yang ditempuh Mendag Zulhas diharapkan dalam jangka panjang akan menjaga inflasi," kata Intan dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, Zulhas menetapkan kebijakan setelah mengatasi kelangkaan minyak goreng, dimana pencabutan harga eceran tertinggi (HET) komoditas tersebut memberikan kontribusi inflasi hingga 0,66 persen sebagaimana catatan Badan Pusat Statistik (BPS).

"Saat ini pasokan minyak goreng sawit sesuai HET Rp14 ribu per liter untuk migor (minyak goreng) curah tersedia dan harga relatif stabil, sehingga tidak berdampak kepada inflasi dan tidak ada kegaduhan rakyat mengantri," jelasnya.

Intan meyakini kebijakan membebaskan pungutan ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) dan turunannya itu akan secara signifikan menaikkan harga TBS di atas Rp2.000 per kilogram.

Sebelumnya, lanjutnya, ada pungutan ekspor ketika produsen hendak mengirim minyak ke luar negeri untuk Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) sebesar 200 dolar AS. Sejak dihapus Zulhas, diharapkan tidak ada lagi pungutan yang dikenakan bagi produsen.

"Selain membebaskan pungutan, Kemendag juga memperpendek masa dasar perhitungan atau penentuan harga patokan ekspor (HPE) dari bulanan menjadi per dua minggu. Kebijakan ini kami yakini akan mempercepat peningkatan ekspor," kata Anggota Komisi VI DPR itu.

Dengan meningkatnya ekspor kelapa sawit mentah, selain menjaga inflasi di dalam negeri juga mendatangkan devisa dan penerimaan negara. Peningkatan ekspor itu juga sekaligus menjadi solusi atas tangki timbun yang selama ini menjadi masalah.

"Kebijakan yang diambil Mendag ini secara langsung juga membuat tata kelola sawit menjadi seimbang dari hulu ke hilir," katanya.

Sebelumnya, Zulkifli Hasan melaksanakan inspeksi mendadak ke Pasar Cibinong, Bogor, untuk menaikkan harga TBS kelapa sawit menjadi Rp2.000 ribu per kilogram.

"Tugas saya sekarang, itu dan menteri-menteri lain diperintah Pak Presiden agar bekerja keras melakukan segala upaya agar TBS harus bisa di atas Rp2.000 per Kg," katanya.

Dia juga menginstruksikan penghapusan pungutan ekspor sawit dilaksanakan hingga akhir Agustus 2022. Selain itu, Kemendag menambah jatah ekspor sawit dari 1 banding 5 menjadi hampir 1 banding 9, sehingga bisa memenuhi ekspor sebesar 8.400 ton.

Zulhas juga berencana mencabut aturan domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) demi menaikkan harga TBS kelapa sawit.

"Saya pertimbangkan DMO, DPO tidak perlu lagi. Kami pertimbangkan agar ekspor bisa cepat," ujarnya.

di Tulis Oleh Reporter: www.suriya-aceh.eu.org



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News CoinMarketcap]

Ini Alasan Pemerintah Bebaskan Biaya Pungutan Ekspor CPO Hingga 31 Agustus, Terungkap

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Ini Alasan Pemerintah Bebaskan Biaya Pungutan Ekspor CPO Hingga 31 Agustus, Terungkap

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ini Alasan Pemerintah Bebaskan Biaya Pungutan Ekspor CPO Hingga 31 Agustus, Terungkap Pemerintah memutuskan untuk membebaskan biaya pungutan ekspor komoditas sawit dan produk turunannya hingga 31 Agustus 2022 mendatang. Aturan itu tertuang dalam PMK Nomor 115 Tahun 2022.

"Jadi pungutan ekspor diturunkan 0 Rupiah, 0 Dolar kepada seluruh produk yang berhubungan dengan CPO, dan sawit," kata Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC) Sabtu (16/7).

Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu menjelaskan pembebasan pungutan ekspor ini untuk mempercepat kinerja ekspor. Sebab ketika harga CPO naik, pemerintah melakukan pelarangan ekspor sebagai respons untuk memastikan kebutuhan dalam negeri terpenuhi.

Namun saat ini kegiatan ekspor CPO dan produknya sudah dibuka kembali. Sehingga untuk memulihkan ekspornya, pemerintah mendorong dengan pembebasan pungutan ekspor.

"(Jadi) kita mau mempercepat ekspor saja," kata Febrio dalam acara yang sama.

Dia menjelaskan, sebenarnya upaya serupa juga telah dilakukan. Tepatnya pada bulan Juni saat pajak harga melonjak tinggi.

"Pajak ekspornya tinggi sekali di Juni, sudah bagus dan kami melihat perlu lebih cepat lagi. Jadi kita turunkan aja pungutan ekspor ke 0 hingga akhir Agustus," kata Febrio menjelaskan.

Dia mengingatkan, kebijakan ini hanya berlaku sampai 31 Agustus 2022. Lalu pada 1 September, tarif pungutan ekspor akan kembali menggunakan skema progresif sebagaimana dalam ketentuan PMK Nomor 115 tahun 2022 tentang tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit pada Kementerian Keuangan.

"Jadi nanti, 1 September langsung naik lagi ke tarif yang progresif lagi," katanya.

Tidak Ganggu Penerimaan Negara

Disinggung soal dampaknya terhadap penerimaan negara, Febrio mengatakan pungutan dan pajak ekspor CPO hanya salah satu indikator pendapatan negara. Dia memastikan adanya kebijakan ini tidak akan memengaruhi penerimaan negara.

"Kan penerimaan negara cuma salah satu aspek yang kita lihat, penerimaan negara sih aman. Anda lihat aja penerimaan kita masih tinggi 40 persen (yoy) jadi kita masih aman," katanya.

Dia menambahkan penggunaan pajak hanya sebagai salah satu instrumen fiskal dari penerimaan ini adalah PNBP. Sehingga tidak selamanya harus mengutamakan penerimaan.

"Kadangkala dalam konteks ketersediaan supply lebih penting agar menjaga, agar ekspor lebih cepat juga penting. Jadi dalam konteks penerimaan negara, enggak terlalu berdampak besar," kata dia mengakhiri.

di Tulis Oleh Reporter: idr



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Merdeka]

Apkasindo Harga TBS Sawit di Aceh Utara Rp600 per Kg

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Apkasindo Harga TBS Sawit di Aceh Utara Rp600 per Kg

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Apkasindo Harga TBS Sawit di Aceh Utara Rp600 per Kg Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Aceh Utara menyebutkan harga tandan buah segar (TBS) di tingkat pengepul di daerah itu Rp600 per kilogram dari sebelumnya berkisar Rp1.000 per kilogram.

Ketua Apkasindo Aceh Utara Kastabuna di Lhokseumawe, Kamis, mengatakan sedangkan harga tandan buah segar sawit di tingkat pabrik mencapai Rp1.000 per kilogram.

"Petani resah karena harga sawit anjlok drastis usai lebaran Idul Adha menjadi Rp600 per kilogram. Padahal, sebelumnya sempat naik sejak pemerintah membuka mengizinkan ekspor CPO atau minyak mentah sawit," kata Kastabuna.

Menurut Kastabuna, anjloknya harga TBS sawit membuat petani di Kabupaten Aceh Utara kewalahan menutupi biaya. Apalagi saat ini harga pupuk sudah mulai naik tajam.

"Petani juga resah tangki timbun di sejumlah pabrik kepala sawit di Aceh Utara sudah mulai penuh. Keresahan petani beralasan karena khawatir pabrik menghentikan pembelian TBS karena tangki CPO sudah penuh karena ekspor minyak mentah sawit belum dilakukan," kata Kastabuna.

Kastabuna mengatakan saat ini ada beberapa pabrik sudah menghentikan operasionalnya, sehingga berimbas kepada pada turunnya harga tanda buah segar sawit di tingkat petani.

"Apkasindo berharap Kementerian Perdagangan segera bertindak mempercepat proses ekspor CPO agar harga sawit kembali normal dan petani dapat kembali sejahtera," kata Kastabuna.

Muhammad Soleh, petani di Kabupaten Aceh Utara, mengatakan dirinya tidak bisa berbuat banyak atas anjloknya harga sawit. Murahnya harga TBS sawit tidak mampu menutupi biaya dikeluarkan petani untuk merawat dan upah pekerja.

"Biaya perawatan dan harga pupuk kini naik. Harga pupuk sawit paling murah Rp800 ribu per karung. Untuk menekan biaya, kami mengurangi pemakaian pupuk, dari tiga kilogram menjadi dua kilogram per tanaman. Selebihnya, kami gunakan pakai pupuk cair atau pupuk kandang," kata Muhammad Soleh.

Kepala Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Aceh Utara Lilis Indriansyah mengharapkan petani tetap merawat tanaman sawit di tengah anjloknya komoditas ekspor tersebut.

"Kami juga minta pabrik membeli harga TBS sawit petani dengan harga yang mengacu pada peraturan Menteri Pertanian. Kami mengingatkan sanksi terhadap perusahaan yang melanggarnya," kata Lilis Indriansyah.

di Tulis Oleh Reporter: Adi Lazuardi



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Antara]

Membongkar Penyebab Anjloknya Harga TBS Kelapa Sawit

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Membongkar Penyebab Anjloknya Harga TBS Kelapa Sawit

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Membongkar Penyebab Anjloknya Harga TBS Kelapa Sawit Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Sumatera Utara turun lagi menjadi Rp900 per Kg. Ini sebagai dampak merosotnya harga crude palm oil (CPO).

Harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah juga terus mengalami penurunan di dalam negeri. Bahkan pada perdagangan 28 Juni lalu harganya anjlok hingga menjadi Rp8.443 per kg dan terus merosot.

Anggota Komisi VI DPR RI, Deddy Yevri Sitorus berpendapat bahwa anjloknya harga TBS sawit petani itu adalah akibat kerusakan rantai pasok terkait dengan moratorium ekspor, mekanisme perizinan ekspor (PE) yang memakan waktu, kebijakan distribusi minyak goreng yang kacau, tingginya beban pungutan ekspor, dan flushing out.

"Kekacauan itulah yang menyebabkan harga TBS petani hancur di bawah kewajaran," kata Deddy dikutip dari Antara, Jumat (8/7).

Dalam pandangan Deddy, pengelolaan CPO dan minyak goreng saat ini gagal total. Ekspor tertahan dan merugikan negara, perusahaan sedang dirugikan karena kualitas CPO menurun dan petani kecil menjerit karena harga yang terjun bebas.

Bahkan, pada saat demand global menurun nyaris 30 persen harga TBS dan CPO tetap rontok di bawah harga keekonomian.

"Kenapa? Karena rantai pasok komoditas tersebut tersendat," ujarnya.

Kondisi inilah yang kemudian mendorong pasar global mencari jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan mereka akan minyak nabati. Itu mulai mengalirnya minyak nabati selain sawit di dunia, salah satunya minyak bunga matahari dari Ukraina.

"Jadi, masalahnya ada pada pengelolaan industri sawit di Indonesia yang carut-marut, bukan semata-mata karena pengaruh global," tutur anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Kalimantan Utara ini.

Dengan demikian, dia mempertanyakan alasan Menko Marves Luhut Pandjaitan tentang anjloknya harga tandan buah segar (TBS) sawit dan CPO karena Ukraina.

"Kalau Pak Luhut bilang itu karena Ukraina buka keran ekspor bunga matahari dan memangkas pajak ekspor, itu namanya buang badan," kata Deddy.

Oleh karena itu, menurut Deddy, jalan keluarnya adalah memperbaiki mata rantai produk sawit, yakni jaminan pasokan dalam negeri terjaga, baik volume maupun harganya.

"Sudah saatnya kebijakan DMO dan DPO dievaluasi, pungutan yang berlebihan dikurangi, distribusi dan cadangan nasional dikendalikan dengan baik," ucap Deddy.

Relaksasi Kebijakan Ekspor CPO

Saat ini, pemerintah memberi sinyal akan merelaksasi kebijakan ekspor minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO). Alasannya harga dan ketersediaan minyak goreng di tingkat konsumen sudah stabil.

Bahkan harga minyak goreng curah di Jawa-Bali Bali telah mencapai harga eceran tertinggi (HET) yakni Rp14.000 per liter. Selain itu, pemerintah juga akan memperbaiki harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani.

"Sehingga kebijakan di sisi hulu dapat kita mulai relaksasi secara hati-hati untuk mempercepat ekspor dan memperbaiki harga Tandan Buah Segar (TBS) di tingkat petani," kata Menteri Koordinator Bidang Investasi dan Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan saat memimpin rapat evaluasi kebijakan pengendalian minyak goreng, dikutip Sabtu (2/7).

Pada bulan Juni, pemerintah telah memberikan alokasi ekspor sebesar 3,41 juta ton melalui program transisi dan percepatan. Alokasi ini diberikan untuk memberikan kepastian kepada dunia usaha untuk melakukan ekspor, dan khusus untuk program transisi dapat dipergunakan selama beberapa bulan ke depan.

Hingga akhir Juni, total minyak goreng curah yang disalurkan sebagai bagian DMO produsen minyak goreng telah mencapai lebih dari 270 ribu ton. Alokasi ekspor dari program DMO juga dapat dipergunakan selama 6 bulan, dan sebagian telah dikonversi menjadi hak ekspor.

di Tulis Oleh: idr



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Merdeka]

Gapki Sebut Tangki CPO Sejumlah PKS di Kalimantan Penuh

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Gapki Sebut Tangki CPO Sejumlah PKS di Kalimantan Penuh

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Gapki Sebut Tangki CPO Sejumlah PKS di Kalimantan Penuh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Kalimantan Timur (Kaltim) menyebutkan tangki penyimpanan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di berbagai wilayah di Kalimantan mulai penuh karena pabrik kelapa sawit (PKS) kesulitan menjual CPO sebagai dampak ekspor yang belum lancar.

Juru bicara Gapki Kaltim Azmal Ridwan dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengatakan sembari menunggu CPO terjual pihak perusahaan sawit mengurangi produksi dengan mengatur jadwal panen tandan buah segar (TBS) yang normalnya 7-8 hari sekali panen menjadi 12 hari.

"Periode panen biasanya 8 hari, sekarang terpaksa 12 hari. Kalau kami genjot seperti biasa, begitu jadi CPO, tangkinya tidak muat,” katanya.

Namun, lanjutnya, hal itu berdampak pada kualitas TBS, karena dipetik setelah 12 hari sehingga masak berlebihan yang berpengaruh pada keasaman CPO, sedangkan kalau dipetik 7-8 hari masaknya normal.

"Padahal tingkat keasaman menjadi salah satu syarat kualitas CPO. Kalau tingkat keasaman CPO-nya tinggi, harga CPO-nya anjlok. Jadi pengaruhnya besar terhadap harga," ujar Azmal.

Dikatakannya, bagi perusahaan kondisi ini menjadi dilematis sebab kalau produksi normal seperti biasanya maka tangki cepat penuh sehingga produksi dihentikan.

“Karyawan tidak bekerja, tapi tetap kami gaji, karena bukan dia yang tidak bekerja, tapi kerjaannya yang kami stop,” katanya.

Sementara itu Sekretaris Gapki Cabang Kalimantan Selatan (Kalsel) Hero Setiawan menyatakan hal yang sama di mana kapasitas muat tangki CPO milik perusahaan di wilayah tersebut sudah hampir penuh.

Menurut dia, rata-rata tangki penimbunan CPO di Kalsel masih cukup untuk dua mingguan karena keberadaan pabrik biodiesel yang berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu yang masih menerima CPO.

"Memang di Kalsel ini ada pabrik biodiesel yang bersedia menerima CPO dari kami, tapi terbatas juga,” katanya.

Pabrik kelapa sawit di Kalsel juga mengurangi produksi dengan cara mengatur periode panen yakni dari biasanya tanaman dipanen 6-7 hari sekali mundur menjadi 8-10 hari.

"Dengan cara itu masuknya TBS ke PKS menjadi berkurang. Itu strategi yang bisa kami lakukan,” katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Suparmi mengatakan kapasitas tangki CPO masing-masing PKS rata-rata tinggal seminggu.

Kebetulan, lanjutnya, di Kalsel ada dua industri biodiesel dengan kapasitas produksi masing-masing 1.500 ton per hari serta pabrik minyak goreng berkapasitas 2.500 ton dan 3.000 ton per hari.

“Pabrik-pabrik industri hilir inilah yang bisa membantu pabrik CPO yang tidak punya industri turunan. Kita masih bersyukurlah ada industri turunan CPO. Tapi ya tetap tidak bisa langsung menolong PKS-PKS dan menaikkan harga TBS seperti semula,” katanya.

Suparmi berharap pemerintah pusat bisa segera mengatasi persoalan yang dihadapi industri sawit di Kalsel.

di Tulis Oleh: Nusarina Yuliastuti



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Antara]

Gapki Sebut Sejumlah Pabrik Kelapa Sawit Hentikan Operasi

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Gapki Sebut Sejumlah Pabrik Kelapa Sawit Hentikan Operasi

Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Gapki Sebut Sejumlah Pabrik Kelapa Sawit Hentikan Operasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyebutkan sejumlah pabrik kelapa sawit menghentikan operasinya karena kapasitas tangki minyak sawit mereka sudah penuh akibat terhambatnya ekspor komoditas tersebut.

Ketua Gapki Cabang Jambi Tidar Bagaskara mengatakan saat ini tangki penyimpanan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) sentra perkebunan sawit hampir penuh, akibatnya, Pabrik Kelapa Sawit (PKS) mulai membatasi pembelian Tandan Buah Segar (TBS) milik petani mandiri.

"Sudah ada empat PKS yang menghentikan operasinya karena tangki CPOnya benar-benar sudah penuh. Dari keempat PKS tersebut, satu milik anggota Gapki dan yang tiga PKS bukan anggota Gapki," kata Tidar dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, Gapki Jambi telah beberapa kali melakukan pertemuan dengan unsur Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.

Gubernur Jambi siap membantu berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan seandainya ada kesulitan pada masalah transportasi kapal angkutan, katanya. Kalau masalah pajak ekspor gubernur siap berkomunikasi dengan Kemenkeu.

"Artinya di Provinsi Jambi semuanya mendukung bagaimana untuk meningkatkan harga TBS dan ekspor CPO kembali lancar, namun semua regulasi di pemerintah pusat," katanya.

Senada dengan itu Ketua Gapki Sumatera Barat Bambang Wiguritno mengatakan tangki-tangki penyimpanan CPO di Sumatera Barat juga hampir penuh, bahkan beberapa minggu yang lalu ada yang sudah penuh sehingga menghentikan operasinya.

"Karena berhenti operasi, maka PKS tersebut tidak membeli TBS petani. Saat itu ada empat PKS yang menghentikan operasinya," katanya.

Menurutnya, PKS yang mempunyai kontrak dengan buyer CPO, tangkinya tidak penuh, masih ada space sekitar 30 persen, tapi tetap mengkhawatirkan karena ekspor masih tersendat.

"Itulah yang mengakibatkan harga TBS belum stabil,” katanya.

Sementara itu Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Provinsi Jambi Agus Rizal mengatakan penuhnya tangki penyimpanan ini karena PKS sulit menjual CPO-nya, kalau pun ada yang membeli, harganya sangat rendah.

"Kondisi ekspor yang belum normal juga memberikan pengaruh terhadap rendahnya harga TBS. PKS semakin sulit menerima TBS petani. Kalaupun diterima, harga TBS petani sangat rendah. Apalagi kondisi tangki penyimpanan CPO sudah penuh," katanya.

di Tulis Oleh: Risbiani Fardaniah



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Antara]

Harga Minyak Goreng Sudah Stabil, Petani Sawit Masih Rasakan Imbas Kelangkaan

Property Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: Harga Minyak Goreng Sudah Stabil, Petani Sawit Masih Rasakan Imbas Kelangkaan
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Harga Minyak Goreng Sudah Stabil, Petani Sawit Masih Rasakan Imbas Kelangkaan Polemik kelangkaan minyak goreng yang menyebabkan kenaikan harga hingga kini masih terasa. 

Meski, kasus tengah diusut penyidik Kejaksaan Agung, izin ekspor juga telah dibuka pemerintah, namun imbas kelangkaan kemarin masih dirasakan, terlebih oleh petani Sawit.

Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus mengungkap kondisi petani sawit saat ini bak sudah jatuh tertimpa tangga. Ia meminta pemerintah melalui Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan maupun Mendag Zulkifli Hasan untuk memperhatikan nasib dan kondisi belasan juta petani sawit kecil.

Ia mendorong pemerintah memangkas proses izin PE sehingga ekspor CPO dapat berjalan lebih cepat.

"Hal ini akan mempercepat perputaran pasokan dan meningkatkan kapasitas tangki penyimpanan CPO," kata Deddy dalam keterangannya, Jumat (24/6).

Ia mengungkap fakta di lapangan saat ini harga TBS (Tandan Buah Segar) Sawit tengah terjun bebas.

"Padahal saat ini harga pupuk melonjak tajam di luar daya beli petani, kalau tidak dipupuk maka dipastikan tahun depan produktivitas sawitnya menurun," katanya.

Belum lagi, sambungnya, petani Sawit harus dihadapkan dengan biaya perawatan, pemanenan, pengangkutan hingga utang bank.

Politikus PDI Perjuangan ini menilai antara anomali harga global domestik dengan harga ke-ekonomian TBS dan migor yang tidak sinkron.

"Coba lihat fakta-fakta yang ada," ujar Deddy.

Ia membeberkan saat ini demand CPO global terlihat mengalami penurunan hampir 30 persen dan harga patokan sudah diangka 4.632 Ringgit Malaysia (USD 1.053) atau sekitar Rp15.584/kg per 22 Juni 2022.

Angka itu jika dikurangi pajak ekspor, pungutan levi, dan biaya port di luar kewajiban DMO berarti harga CPO domestik seharusnya berada di Rp11.026/kg.

"Selanjutnya jika merujuk harga domestik yang mengacu pada lelang KPB tersebut ditambah kewajiban DMO 16,7 persen, maka harga CPO harusnya berada di Rp10.780/kg," tutur Deddy.

Lebih jauh Deddy menjelaskan, bahwa jika harga domestik sebesar itu maka logikanya harga ke-ekonomian TBS petani (dengan rendemen 20 persen) seharusnya berada di atas Rp2.000/kg tergantung daerahnya atau rata-rata Rp2.156/kg.

"Sementara perusahaan sawit besar tidak merasakan dampak serupa jika mereka memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) atau memiliki usaha yang terintegrasi dari Kebun Sawit–PKS–Pabrik Minyak Goreng atau ekspor," keluhnya.

Sebelumnya, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan berharap harga TBS membaik setelah dibukanya keran ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya.

Luhut mengatakan harga TBS saat ini masih berkisar di Rp 1.500 per kilogram dan diharapkan naik menjadi Rp 2.500 - Rp 3.000 per kilogram.

"Saya berharap mungkin 1-2 minggu ke depan sudah akan naik ke Rp 2.500-3.000," ujar Luhut dalam pers conference virtual, Kamis (9/6).

di Tulis Oleh: [rhm]



[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Merdeka]

Satu Pabrik Minyak Sawit di Mukomuko Setop Beroperasi

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Satu Pabrik Minyak Sawit di Mukomuko Setop Beroperasi-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Satu Pabrik Minyak Sawit di Mukomuko Setop Beroperasi Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu mengatakan saat ini hanya satu dari 10 pabrik minyak kelapa sawit di daerah ini berhenti beroperasi mengolah tandan buah segar kelapa sawit akibat tangki penampungan CPO milik perusahaan itu penuh.

"Hanya PT Sentosa Sejahtera Sejati yang berhenti beroperasi, selain tangki penampungan CPO penuh, ada maintenance atau pemeliharaan dan mereka juga belum ada penjualan CPO," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Mukomuko Apriansyah, di Mukomuko, Senin.

Ia mengatakan, PT Sentosa Sejahtera Sejati memiliki dua tangki penampungan CPO. Satu tangki di antaranya masih dalam pemeliharaan dan satu tangki lainnya penuh.

Sedangkan sembilan pabrik minyak kelapa sawit lainnya, katanya lagi, sudah mulai melakukan pengiriman yang didasarkan kebutuhan CPO dalam negeri.

Untuk ekspor CPO dari daerah ini keluar negeri, ia mengatakan, berdasarkan keterangan dari pihak pabrik mereka sedang menyelesaikan administrasi kepada pihak penampung CPO.

Dia menyatakan, pihaknya akan terus memantau dari dekat aktivitas pabrik minyak kelapa sawit di daerah ini sampai pabrik beroperasi secara normal dan membeli tandan buah segar kelapa sawit milik petani sesuai dengan harga ketetapan tim perumus harga komoditas perkebunan.

Sementara itu, harga jual tandan buah segar kelapa sawit pada tingkat pabrik pengolahan minyak mentah kelapa sawit atau CPO di daerah ini sejak sepekan terakhir berkisar Rp1.450 per kilogram hingga Rp1.570 per kg atau lebih rendah dibandingkan harga sebelumnya.

Harga TBS sawit di PT Daria Dharma Pratama sebesar Rp1.500 per kilogram, harga sawit di PT Usaha Sawit Mandiri sebesar Rp1.480 per kilogram, harga TBS sawit di PT Bumi Mentari Karya sebesar Rp1.500 per kilogram.

Kemudian, harga TBS sawit di PT Karya Sawitindo Mas sebesar Rp1.470 per kilogram, harga TBS sawit di PT Mukomuko Indah Lestari sebesar Rp1.470 per kilogram, harga TBS sawit di PT Karya Agro Sawitindo sebesar Rp1.450 per kilogram, harga TBS sawit di PT Gajah Sakti Sawit sebesar Rp1.520 per kilogram.

Sedangkan harga TBS sawit di PT Sapta Sentosa Jaya sebesar Rp1.400 per kilogram, dan harga TBS sawit di PT Surya Andalan Primatama sebesar Rp1.430 per kilogram.

di Tulis Oleh: Budisantoso Budiman


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Antara]

Harga CPO Jambi Turun Rp331, Menjadi di Bawah Rp11.000/Kg

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Harga CPO Jambi Turun Rp331, Menjadi di Bawah Rp11.000/Kg. (www.suriya-aceh.eu.org)-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Harga CPO Jambi Turun Rp331, Menjadi di Bawah Rp11.000/Kg Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) di Jambi pada periode 10-16 Juni 2022 kembali mengalami penurunan senilai Rp331 dari Rp11.070 menjadi Rp10.739 per kilogram, sedangkan Tanda Buah Segar (TBS) sawit juga turun Rp99 dari Rp2.040 jadi Rp1.941 per kilogram.

Sementara itu untuk harga inti sawit pada periode kali ini juga mengalami penurunan Rp25 dari Rp6.537 per kilogram menjadi Rp6.512 per kilogram, kata Panitia Penetapan Harga TBS Sawit Provinsi Jambi, Putri Rainun, melalui keterangan yang diterima di Jambi, Sabtu.

Penetapan harga CPO, TBS, dan inti sawit, merupakan kesepakatan tim perumus dalam satu rapat yang dihadiri para pengusaha koperasi dan kelompok tani sawit setempat dan berdasarkan peraturan menteri dan peraturan gubernur.

Berikut selengkapnya, harga TBS untuk usia tanam tiga tahun yang ditetapkan untuk periode kali ini adalah Rp1.941 per kilogram, usia tanam 4 tahun Rp2.061 per kilogram, usia tanam 5 tahun Rp2.157 per kilogram, usia tanam 6 tahun Rp2.248 per kilogram, dan usia tanam 7 tahun Rp2.305 per kilogram.

Kemudian untuk usia tanam 8 tahun senilai Rp2.353 per kilogram, usia tanam 9 tahun Rp2.400 per kilogram, usia tanam 10 sampai dengan 20 tahun Rp2.471 per kilogram, usia 21 hingga 24 tahun Rp2.395 per kilogram dan di atas 25 tahun Rp2.283 per kilogram.

di Tulis Oleh: Risbiani Fardaniah


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News Antara]

Harga Sawit di Riau Turun Rp27,01/Kg

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Harga Sawit di Riau Turun Rp27,01/Kg. (www.suriya-aceh.eu.org)-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Harga Sawit di Riau Turun Rp27,01/Kg Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit Riau umur 10-20 tahun periode 1-7 Juni 2022 tercatat sebesar Rp2.666,44/Kg atau menurun sebesar Rp27,01 kg dibandingkan harga seminggu sebelumnya Rp2639,43/kg.

"Penurunan harga sawit Riau tersebut dipicu kenaikan dan penurunan harga jual CPO dari perusahaan yang menjadi sumber data," kata Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Riau, Defris Hatmaja, di Pekanbaru, Riau, Rabu.

Ia mengatakan, untuk harga jual CPO, PTPN V tidak menjual komoditasnya pada minggu ini. Dari PT Sinar Mas Group menurun harga sebesar Rp60,86/kg dari harga minggu lalu, PT Astra Agro Lestari tidak menjual produknya minggu ini.

Berikutnya PT Asian Agri mengalami kenaikan harga sebesar Rp107,28/kg dari harga minggu lalu.

"Dari PT Citra Riau Sarana tidak melakukan penjualan minggu ini. PT Musim Mas tidak melakukan penjualan minggu ini. Sedangkan untuk harga jual kernel, dari PT Sinar Mas Group menjual komoditasnya dengan harga sebesar Rp6.980,00/kg. PT Asian Agri menjual komoditasnya dengan harga sebesar Rp 7.112,00/kg," katanya.

Sementara dari faktor eksternal, belum normalnya ekspor CPO dan kernel walaupun sudah diumumkan pencabutan larangan ekspor CPO.

Pada saat ini merupakan masa transisi, eksportir menjadi menunggu dan melihat-lihat/mengamati saja juga karena lelang CPO Riau di KPBN Jakarta juga tidak ada kesepakatan sesuai harga dasar penawaran lelang. Apalagi pasca terbitnya juknis Dirjendaglu Nomor 18/22 (bahwa rasio ekspor CPO ditetapkan oleh Dirjendaglu pada masa transisi saat ini).

Dampaknya tidak serta merta begitu dicabut larangan ekspor harga CPO bisa naik atau langsung bisa di ekspor CPO ke luar negeri.

Umumnya pembelian CPO/produk sawit jangka panjang (satu tahun), dampaknya para negara importir terbesar selama satu bulan pelarangan eksport, melakukan kontrak dengan Malaysia karena mereka butuh konsistensi/kepastian pasokan CPO.

"Dampak akibat kondisi diatas, karena pasar ekspor CPO belum normal, harga TBS yang kita tetapkan masih belum normal seperti yang kita harapkan," katanya.

di Tulis Oleh: Ade P Marboen


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News ANTARA]