Meski, kasus tengah diusut penyidik Kejaksaan Agung, izin ekspor juga telah dibuka pemerintah, namun imbas kelangkaan kemarin masih dirasakan, terlebih oleh petani Sawit.
Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus mengungkap kondisi petani sawit saat ini bak sudah jatuh tertimpa tangga. Ia meminta pemerintah melalui Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan maupun Mendag Zulkifli Hasan untuk memperhatikan nasib dan kondisi belasan juta petani sawit kecil.
Ia mendorong pemerintah memangkas proses izin PE sehingga ekspor CPO dapat berjalan lebih cepat.
Ia mengungkap fakta di lapangan saat ini harga TBS (Tandan Buah Segar) Sawit tengah terjun bebas.
Belum lagi, sambungnya, petani Sawit harus dihadapkan dengan biaya perawatan, pemanenan, pengangkutan hingga utang bank.
Politikus PDI Perjuangan ini menilai antara anomali harga global domestik dengan harga ke-ekonomian TBS dan migor yang tidak sinkron.
Ia membeberkan saat ini demand CPO global terlihat mengalami penurunan hampir 30 persen dan harga patokan sudah diangka 4.632 Ringgit Malaysia (USD 1.053) atau sekitar Rp15.584/kg per 22 Juni 2022.
Angka itu jika dikurangi pajak ekspor, pungutan levi, dan biaya port di luar kewajiban DMO berarti harga CPO domestik seharusnya berada di Rp11.026/kg.
Lebih jauh Deddy menjelaskan, bahwa jika harga domestik sebesar itu maka logikanya harga ke-ekonomian TBS petani (dengan rendemen 20 persen) seharusnya berada di atas Rp2.000/kg tergantung daerahnya atau rata-rata Rp2.156/kg.
Sebelumnya, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan berharap harga TBS membaik setelah dibukanya keran ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya.
Luhut mengatakan harga TBS saat ini masih berkisar di Rp 1.500 per kilogram dan diharapkan naik menjadi Rp 2.500 - Rp 3.000 per kilogram.
Anggota Komisi VI DPR Deddy Yevri Sitorus mengungkap kondisi petani sawit saat ini bak sudah jatuh tertimpa tangga. Ia meminta pemerintah melalui Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan maupun Mendag Zulkifli Hasan untuk memperhatikan nasib dan kondisi belasan juta petani sawit kecil.
Ia mendorong pemerintah memangkas proses izin PE sehingga ekspor CPO dapat berjalan lebih cepat.
"Hal ini akan mempercepat perputaran pasokan dan meningkatkan kapasitas tangki penyimpanan CPO," kata Deddy dalam keterangannya, Jumat (24/6).
Ia mengungkap fakta di lapangan saat ini harga TBS (Tandan Buah Segar) Sawit tengah terjun bebas.
"Padahal saat ini harga pupuk melonjak tajam di luar daya beli petani, kalau tidak dipupuk maka dipastikan tahun depan produktivitas sawitnya menurun," katanya.
Belum lagi, sambungnya, petani Sawit harus dihadapkan dengan biaya perawatan, pemanenan, pengangkutan hingga utang bank.
Politikus PDI Perjuangan ini menilai antara anomali harga global domestik dengan harga ke-ekonomian TBS dan migor yang tidak sinkron.
"Coba lihat fakta-fakta yang ada," ujar Deddy.
Ia membeberkan saat ini demand CPO global terlihat mengalami penurunan hampir 30 persen dan harga patokan sudah diangka 4.632 Ringgit Malaysia (USD 1.053) atau sekitar Rp15.584/kg per 22 Juni 2022.
Angka itu jika dikurangi pajak ekspor, pungutan levi, dan biaya port di luar kewajiban DMO berarti harga CPO domestik seharusnya berada di Rp11.026/kg.
"Selanjutnya jika merujuk harga domestik yang mengacu pada lelang KPB tersebut ditambah kewajiban DMO 16,7 persen, maka harga CPO harusnya berada di Rp10.780/kg," tutur Deddy.
Lebih jauh Deddy menjelaskan, bahwa jika harga domestik sebesar itu maka logikanya harga ke-ekonomian TBS petani (dengan rendemen 20 persen) seharusnya berada di atas Rp2.000/kg tergantung daerahnya atau rata-rata Rp2.156/kg.
"Sementara perusahaan sawit besar tidak merasakan dampak serupa jika mereka memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) atau memiliki usaha yang terintegrasi dari Kebun Sawit–PKS–Pabrik Minyak Goreng atau ekspor," keluhnya.
Sebelumnya, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan berharap harga TBS membaik setelah dibukanya keran ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya.
Luhut mengatakan harga TBS saat ini masih berkisar di Rp 1.500 per kilogram dan diharapkan naik menjadi Rp 2.500 - Rp 3.000 per kilogram.
"Saya berharap mungkin 1-2 minggu ke depan sudah akan naik ke Rp 2.500-3.000," ujar Luhut dalam pers conference virtual, Kamis (9/6).
di Tulis Oleh: [rhm]
0 Responses to komentar:
Post a Comment
Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Peraturan Berkomentar
[1]. Dilarang menghina, Promosi (Iklan), Menyelipkan Link Aktif, dsb
[2]. Dilarang Berkomentar berbau Porno, Spam, Sara, Politik, Provokasi,
[3]. Berkomentarlah yang Sopan, Bijak, dan Sesuai Artikel, (Dilarang OOT)
[3]. Bagi Pengunjung yang mau tanya, Sebelum bertanya, Silakan cari dulu di Kotak Pencarian
“_Terima Kasih_”