Istiqomah Hanya Mengejar Ridha Allah SWT

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Istiqomah Hanya Mengejar Ridha Allah SWT-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Istiqomah Hanya Mengejar Ridha Allah SWT Zaman yang sedang kita jalani dewasa ini merupakan zaman sarat fitnah. Banyak pesan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam mengenai fitnah di akhir zaman yang sangat cocok menggambarkan zaman yang sedang kita lalui saat ini.

Inilah zaman ketika giliran kemenangan di dunia bukan berada di fihak ummat Islam. Ini merupakan zaman di mana Allah subhaanahu wa ta’aala menguji orang-orang beriman. Siapa di antara mereka yang mengekor kepada orang-orang kafir, siapa di antara mereka yang emas imannya dan bahkan rela berjihad di jalan Allah subhaanahu wa ta’aala hingga meraih kemuliaan mati syahid atau menyaksikan tegaknya sistem Islam dengan kemuliaan Syariat Allah ta’aala.

Salah satu makna mengekor kepada orang-orang kafir adalah secara sadar atau tidak sadar ummat Islam sibuk mengejar ke-ridha-an mereka bukan ke-ridha-an Allah ta’aala. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar kabar bahwa sebuah Lembaga Penelitian bernama Rand Corporation memberi masukan kepada Pentagon agar merumuskan jenis Islam seperti apa yang sebaiknya di-ridhai oleh dunia internasional di bawah kepemimpinan Amerika Serikat. Mereka menyebutnya sebagai Civil Democratic Islam.

Inilah jenis Islam yang mereka ingin paksakan bagi dunia Islam. Muslim yang memenuhi kriteria Islam versi mereka dijuluki Moderate Muslim (muslim moderat). Adapun karakteristik seorang muslim moderat ialah:

  1. Seorang Muslim yang meyakini demokrasi dan sistem demokrasi. Suatu komitmen terhadap demokrasi sebagaimana difahami oleh tradisi liberal Barat. Bukan demokrasi sebagaimana difahami dari perspektif Islam. Itu tidak memenuhi karakteristik seorang muslim moderat. Jadi, seorang muslim belum diakui sebagai muslim moderat bilamana di satu sisi ia mengaku menerima demokrasi, namun pada sisi lain masih mendukung berdirinya Negara Islam. 
  2. Menerima sumber-sumber hukum non-sektarian. Dalam pengertian mematuhi secara sukarela dan terbuka man-made law (hukum bikinan manusia). Garis pembeda antara muslim moderat dengan radical Islamist (Islamis Radikal) adalah dalam memberlakukan hukum Syariah. Bila ia bercita-cita memberlakukan hukum Syariah, maka ia bukankah seorang muslim moderat. 
  3. Menghormati hak kaum perempuan dan kaum minoritas non-muslim. Dalam pengertian bahwa jika dalam suatu negaraberpenduduk mayoritas muslimkaum wanita diharuskan memakai jilbab, maka itu disebut ekstrimisme. Jika suatu negara berpenduduk mayoritas muslim mengharuskan kaum Yahudi dan Nashrani membayar jizyah, maka itu disebut ekstrimisme. 
  4. Menentang terorisme dan kekerasan ilegal. Jadi seorang muslim yang membela tanah airnya dan yang menentang penjajahan dan seorang muslim yang ingin hidup sesuai aturan Islam adalah seorang ekstrimis. Dan seorang muslim moderat adalah muslim yang rela mengundang pasukan Amerika untuk meng-invasi negerinya dan ia senang mematuhi man-made laws (hukum buatan manusia) dan tidak memiliki kemuliaan dan kehormatan untuk membela diri melawan agresi.

Mereka menyusun kriteria Islam dan muslim menurut kemauan mereka. Jika seorang muslim kemudian mengekor kepada apa yang mereka rumuskan, berarti ia lebih mengutamakan mengejar ke-ridha-an mereka daripada mengejar ke-ridha-an Allah ta’aala.

Jika seorang muslim memandang perlu untuk menampilkan diri menjadi seorang muslim moderat versi Rand Corporation berarti ia tidak lagi mengejar ridha Allah ta’aala, melainkan ridha Rand Corporation. Bahkan itu berarti ia bukan lagi seorang muslim.

Ia lebih pantas disebut sebagai seorang non-muslim karena pada hakikatnya keempat karakteristik tersebut di atas mengharuskan seorang muslim bertentangan dengan ketentuan dan aturan Islam sebagaimana yang digariskan Allah ta’aala dan dicontohkan Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam.

Apa yang mereka upayakan memperjelas maksud firman Allah di dalam Al-Qur’an Al-Karim:

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ


”Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama/tradisi/budaya/standar mereka.” (QS Al-Baqarah ayat 120)

Sebelum seorang muslim mengikuti kemauan tradisi/budaya/standar mereka, niscaya mereka akan disebut sebagai ekstrimis, fundamentalis bahkan teroris. Dan dalam upaya menjadikan muslim menjadi non-muslim alias memurtadkan kaum muslimin mereka rela untuk mengerahkan segenap sumber-daya sampai berperang bila perlu. Seperti yang kita saksikan terjadi di Palestina, Afghanistan dan Irak.

وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا


”Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (QS Al-Baqarah ayat 217)

Sungguh disayangkan bilamana kaum muslimin apalagi aktivis Islam tidak menyadari strategi ghazwul-fikri (perang ideologi) yang sedang dilansir oleh fihak musuh-musuh Islam dewasa ini. Sehingga sebagian muslim beralih dari menjadi hamba Allah ta’aala yang sibuk hanya mengejar ridha Allah ta’aala menjadi hamba selain Allah ta’aala yang sibuk mengejar keridhaan fihak selain Allah ta’aala tersebut. 

Sambil saudara-saudara muslim tersebut justru menyangka bahwa mereka sedang mengokohkan diri sebagai muslim moderat yang bisa diterima dunia modern (baca: Sistem Dajjal).

Muslim moderat yang segera memperoleh penghargaan bahkan bantuan moral maupun material dari dunia modern yang sedang menjebak dirinya menjadi seorang murtad…!

وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ


“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah ayat 217)


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News eramuslim]

Islam Lengkap, Sempurna, Saling Menyempurnakan

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Islam Lengkap, Sempurna, Saling Menyempurnakan-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Islam Lengkap, Sempurna, Saling Menyempurnakan Allah subhaanahu wa ta’aala memerintahkan orang-orang beriman agar berIslam dengan masuk ke dalam ajaranNya secara totalitas. Bahkan perintah Allah subhaanahu wa ta’aala tersebut diiringi dengan keharusan menjauh dari langkah-langkah syetan.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ



”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS Al-Baqarah ayat 208)

Dari sini kita dapat simpulkan bahwa di antara makna “janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan” ialah mengikuti bagian tertentu saja dari ajaran Islam. Sementara bagian lainnya mengikuti ajaran selain Islam. Sedangkan ”Masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya” berarti masuk ke dalam ajaran Islam secara totalitas.

Atau berarti ”melaksanakan segenap ajaran Allah subhaanahu wa ta’aala dalam seluruh aspek kehidupan.” Baik dalam urusan kecil maupun besar. Baik itu urusan lahir maupun batin. Baik itu dalam perkara duniawi maupun ukhrawi. Entah itu aspek ideologi, moral, sosial, seni-budaya, politik, ekonomi, pendidikan, hukum, pertahanan keamanan maupun militer. Baik itu urusan kehidupan pribadi maupun kemasyarakatan.

Pendek kata tidak ada satupun gerak-gerak seorang muslim kecuali ia kembalikan pengaturannya kepada Allah subhaanahu wa ta’aala sebagai rabb, Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sebagai teladan maupun Islam sebagai dien (way of life). Inilah rahasia ucapan:

رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا



“Aku ridha Allah sebagai Rabb, Nabi Muhammad sebagai Rasul dan Islam sebagai Dien (jalan hidup)” (HR Muslim 2/329)

Seorang muslim tidak mungkin -misalnya- beribadah secara Islam, berideologi liberal, berakhlak sekuler, beraqidah pluralisme, berekonomi yahudi, berpolitik machiavelli. Bila seorang muslim tampil seperti itu berarti ia telah membiarkan dirinya mengalami ”split personality”. Kepribadian tidak utuh sebagai seorang muslim-mu’min. Dan inilah yang memang dikehendaki oleh musuh-musuh Allah ta’aala, yakni syetan. Mereka telah berhasil dalam menjadikan kebanyakan Bani Israil seperti itu.

أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ فَمَا جَزَاءُ مَنْ يَفْعَلُ ذَلِكَ مِنْكُمْ إِلَّا خِزْيٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يُرَدُّونَ إِلَى أَشَدِّ الْعَذَابِ



”Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat.” (QS Al-Baqarah ayat 85)

Bani Israil merupakan kaum yang semula memperoleh banyak karunia dari Allah ta’aala namun mereka tidak pandai mensyukurinya. Sehingga mereka akhirnya dimurkai Allah ta’aala. Di antara keburukan mereka adalah mematuhi ajaran Allah ta’aala dalam hal yang mereke senangi saja. Namun dalam hal yang tidak disukai mereka mendurhakai Nabiyullah ’alaihimus salam yang menyuruh mereka. Mereka memilih-milih dan memilah-milah ajaran Allah ta’aala. Mereka tidak mau tunduk sepenuhnya kepada Allah ta’aala.

Pertarungan ideologi yang terjadi hingga dewasa ini ialah antara kalangan manusia yang cenderung ingin mentaati Allah ta’aala dan RasulNya tanpa reserve berhadapan dengan kalangan manusia yang dalam mentaati Allah ta’aala dan RasulNya bersikap seperti Bani Israil. Bilamana ajaran tersebut dirasa sesuai dengan seleranya, maka mereka mentaati.

Namun bila dianggap tidak cocok, baik dengan selera maupun kemodernan zaman, maka mereka akan mengatakan bahwa Islam tidaklah seperti itu. Mereka melabelnya sebagai Islam yang menyimpang, radikal, ekstrim dan berlebihan. Para penganut sejati Islam mereka juluki sebagai fundamentalis bahkan teroris yang tidak sanggup menyesuaikan diri dengan kemodernan zaman dan masyarakat internasional.

Bilamana seseorang mengikuti sikap bani Israil, mengikuti Al-Kitab dengan sikap pilih-kasih, mengimani sebagian dan mengingkari sebagian lainnya, maka ia hendaknya bersiap-siap menghadapi konsekuensinya. Allah ta’aala menjanjikan dua akibat yang akan dideritanya:
  1. Kenistaan dalam kehidupan dunia serta 
  2. Dikembalikan kepada siksa yang sangat berat pada hari kiamat
Sejujurnya, kenistaan atau kehinaan di dunia tampaknya sedang melanda ummat Islam di era penuh fitnah dewasa ini. Apakah kehinaan ini semata merupakan ujian kesabaran dari Allah ta’aala dalam menghadapi kezaliman kaum kuffar yang memang sedang diberi izin Allah ta’aala untuk mendapat giliran mendominasi dunia? Ataukah ini semua merupakan buah dari sikap ummat Islam yang mengikuti jejak Bani Israil? Jangan-jangan mereka mengimani sebagian Al-Qur’an dan mengingkari sebagian lainnya sehingga kehinaan merupakan konsekuensi yang dijanjikan Allah ta’aala pasti terjadi.

Jika demikian adanya, alangkah mengerikannya nasib ummat Islam dewasa ini. Sudahlah mereka terhina di dunia akibat bersikap pilih-kasih terhadap ajaran Islam sambil berfaham liberal dan sekuler. Sedangkan di akhirat kelak siksa yang sangat berat menanti mereka. Na’udzubillahi min dzaalika.


[Sumber: yang diambil Admin Blog Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Silahkan Lihat Di News eramuslim]

Problematika Ummat Islam Par-2

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Problematika Ummat Islam Par-2-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Problematika Ummat Islam Par-2 Di dalam bukunya, Muhammad Qutb selanjutnya menulis:

Pada saat manusia hidup mengikuti tuntunan ilahi dan mengikuti petunjuk serta hidayah-Nya, pada saat manusia telah benar-benar percaya kepada Allah, pada saat manusia bersembah sujud kepada Allah tanpa menyekutukan-Nya dengan thaghut-thaghut di muka bumi, pada saat manusia tak menyombongkan diri dengan meninggalkan syari'at ilahi dan membuat syari'at untuk dirinya sendiri, dan tidak memperkosa otoritas Allah sebagai Dzat satu-satunya yang berhak menentukan hukum; pada saat itu lenyaplah semua bentuk penyelewengan, kezaliman, penderitaan dan siksaan yang menimpa manusia akibat penyelewengannya dari akidah yang lurus. Pada saat itu tidak ada lagi perkosaan terhadap hukum, tidak ada manusia mendewa-dewakan dan tidak ada orang yang dapat bebas kemauannya kepada orang lain. (hal. 288)

Ketika Bertrand Russel mengumandangkan kata-katanya yang tersohor: “Zaman kekuasaan kulit putih telah berakhir…”, ia sama sekali tidak mengucapkannya sebagai ramalan. Ia mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya terjadi di muka bumi, kenyataan yang dilihat oleh seorang filosof masa kini dengan pemikirannya yang tajam, kenyataan yang tidak dapat dilihat oleh manusia awam di dunia, terutama yang menyandang “kaum terpelajar”. (hal. 259). Sesungguhnya yang dilihat oleh Russel adalah kejahiliyahan yang menantikan seluruh aba-aba keruntuhannya. Kehancuran itu tidak otomatis akan bermanfaat bagi umat manusia.

Hancurnya kejahiliyahan hanya membuka kesempatan bagi umat manusia untuk didasarkan pada kebajikan, bila mereka mau mengikuti petunjuk yang telah digariskan oleh tuntunan ilahi, serta yakin bahwa petunjuk itu merupakan kebenaran dari Allah sebagai satu-satunya jalan untuk menyelamatkan diri . Jika manusia tidak menggunakan kesempatan itu dan tidak berusaha sungguh-sungguh untuk memastikan kebenaran Allah di muka bumi, maka kebajikan itu tidak akan datang – secara otomatis kepada mereka; bahkan sebaliknya, mereka hanya akan pindah dari satu kejahiliyahan ke kejahiliyahan yang lain dan dari thaghut yang satu ke thaghut yang lain. (hal. 259-260)

Dalam kejahiliyahan manusia modern telah mengalami berbagai tatanan yang mencemaskan fikiran dan perasaannya. Kemudian dengan semua pengalaman manusia itu ternyata semakin bingung, semakin menderita, semakin meningkat dan kehilangan sendi-sendi kehidupannya, sehingga menjadi gila atau gila. Karena itu tidak ada pilihan lain bagi manusia: Allah atau hancur! Setelah manusia menghayati pengalaman-pengalaman pahit-getir di bawah naungan jahiliyah modern, sunatullah itu menginspirasikan pilihan: kembali kepada tuntunan ilahi atau hancur! (hal.260)

Semua jenis kejahiliyahan masih akan bertahan selama di dalamnya terdapat beberapa kepingan, hingga saat kejahatannya telah menelan habis sisa-sisa yang tinggal. Pada saat ini kami telah tercekik semua dan tak dapat bernafas lagi. Pada saat masalah telah mencapai titik itu, terjadilah campur tangan kehendak ilahi dan terjadi pulalah perubahan. Namun kehendak ilahi itu mengubah keadaan lewat usaha dan gerak manusia sendiri. Mengenai hal itu Allah telah berfirman:

اللَّهَ لَا ا ا ا


“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS Ar-Ra'du 11)

Campur tangan tersebut tegas dan keras: semua penjuru bumi akan tenggelam di dalam kezaliman. Atau, umat manusia menerima hidayah dan kembali Allah. Pada saat itulah manusia akan memasuki agama Allah secara berbondong-bondong. Kita semua adalah manusia-manusia yang berbaik sangka dalam menghadapi taqdir Allah. Kita tidak berprasangka buruk bahwa Allah SWT telah menetapkan suratan taqdir yang menghendaki kehancuran umat manusia. Kalau demikian halnya, maka tidak ada pilihan lain kecuali Islam, karena Allah telah berfirman:

الدِّينَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ


“Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali Imran19)

Sepanjang sejarah belum pernah ada sesuatu yang dapat melepaskan umat dari kejahiliyahan, kecuali Islam dalam maknanya yang luas dan menyeluruh, yaitu agama Islam yang diturunkan oleh Allah umat manusia melalui para Nabi dan Rasul: Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan Muhammad - shalawatullah 'alaihim . (hal. 262)

Kita akan dapat mengetahui bagaimana semua masalah itu akan menjadi lurus pada saat pikiran dan perasaan manusia telah menjadi lurus, karena pikiran adalah titik tolak semua perilaku manusia. Bila pikiran menyeleweng, perilakupun turut menyeleweng, dan bila pikiran telah menjadi lurus, maka perilakupun akan menjadi lurus. Dalam sejarah kehidupan manusia pernah terjadi dalam pikiran yang lurus, yaitu di kalangan umat Islam yang secara langsung dibina dan diasuh sendiri oleh Rasul Allah saw; suatu ummat yang oleh Penciptanya disebut:

لِلنَّاسِ الْمَعْرُوفِ


الْمُنْكَرِ اللَّهِ


“Kalian adalah ummat terbaik yang dilahirkan untuk umat manusia, kebajikan dan mencegah kemungkaran serta beriman kepada Allah.” (QS Ali Imran 110)

Property Pribadi Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Ilustrasi doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Problematika Ummat Islam Par-2-"
ketika itu, semua segi kehidupan berjalan lurus dan menggerakkan kebangkitan besar dalam sejarah. Gerakan menerapkan tuntunan ilahi berjalan lancar dan hidayah ilahi-pun tersebar luas ke berbagai penjuru dunia. (hal.263). Semua yang telah diselewengkan oleh jahiliyah modern akan dapat dibetulkan oleh Islam. Penyelewengan terbesar yang ditimbulkan oleh segala jenis kejahiliyahan dan segala sesuatu yang berupa perbaikan pikiran dan perilaku, kebingungan, dan pengungkapan, muncul pada penyelewengan pikiran mengenai “Tuhan”. Itulah yang menjadi pangkal tolak semua penyelewengan manusia sehingga tidak lagi bersembah sujud kepada Allah dan tidak mau mengikuti agama-Nya sebagai tuntunan hidup satu-satunya.

Bukan secara kebetulan atau tanpa tujuan jika ayat-ayat Al-Qur'an yang turun di Makkah selama tiga belas tahun merupakan masalah pokok, yaitu tentang aqidah . Itu bukan semata-mata karena orang-orang Arab pada masa itu masih tenggelam dalam paganisme. Akan tetapi di samping itu juga karena hal tersebut merupakan poros seluruh kehidupan manusia. (hal.264). Maka, kesimpulan yang dapat kita tarik adalah bahwa menghadapi problematika masa kini, ummat Islam berpendapat: ISLAM IS THE SOLUTION.

Wallahu a'lam bish-shawwaab.

Problema Masa Kini Ummat Islam Part-1

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Problema Masa Kini Ummat Islam Part-1-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Problema Masa Kini Ummat Islam Part-1 Di dalam bukunyaJahiliyah Abad Dua Puluh”, Muhammad Qutb (hal 63-67) menyebutkan setidaknya ada empat ciri yang membuat suatu masyarakat disebut masyarakat jahiliyah, yaitu:

Pertama, tidak adanya iman yang sesungguhnya kepada Allah dan tidak adanya sikap tunduk kepada-Nya dalam setiap urusan, yaitu sikap yang membuktikan kesatuan antara akidah dan syari’at, tanpa pemisahan dalam hal apapun

وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ


”Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya” (QS Al-An’aam 91)

Kedua, tidak adanya pelaksanaan hukum menurut apa yang telah diturunkan Allah, yang berarti menuruti “hawa nafsu” manusia. Hal ini muncul dari tidak adanya penyerahan diri mutlak (keIslaman) kepada Allah SWT

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ


”..dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yangfasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS Al-Maaidah 49-50)

Ketiga, hadirnya berbagai thaghut di muka bumi, yang membujuk manusia supaya tidak beribadah dan tidak taat kepada Allah serta menolak hukum syari’at-Nya; kemudian mengalihkan peribadatannya kepada thaghut itu dan hukum-hukum yang dibuat menurut selera nafsunya.

اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ


”Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah thaghut (syaitan), yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS Al-Baqarah 257)

Keempat, Hadirnya sikap menjauh dari agama Allah, sehingga penyelewengan menjurus kepada nafsu syahwat, sekalipun sebab-sebabnya terdapat di dalam fitrah manusia sendiri (QS 3:14). Dengan demikian masyarakat itu tidak pernah melarang dan tidak merasa berkepentingan untuk melawan penyelewengan berupa perbuatan asusila tersebut.

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ


“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran 14)

Itulah beberapa ciri menonjol setiap kejahiliyahan yang ada di muka bumi sepanjang sejarah. Semuanya muncul dari cirinya yang paling pokok dan paling besar, yaitu penyelewengan dari kewajiban berbakti dan bersembah sujud kepada Allah sebagaimana mestinya. Muhammad Qutb (hal 71) kemudian menambahkan bahwa di samping beberapa ciri yang ada pada semua jenis kejahiliyahan sepanjang sejarah manusia, kejahiliyahan modern memiliki beberapa ciri-ciri khusus dan istimewa. Ciri-ciri tersebut dapat diringkas kurang lebih sebagai berikut:

Pertama, kemajuan ilmu pengetahuan sedemikian tinggi yang dipergunakan antara lain untuk menyesatkan manusia dari tuntunan Ilahi dan menjerumuskan semua makhluk Allah ke dalam bahaya dan bencana.

Kedua, manusia bersikap sombong terhadap penciptanya (Allah), karena silau melihat hasil-hasil yang dicapai di bidang ilmu pengetahuan dan kemajuan material. Manusia menganggap dirinya tidak membutuhkan tuhan, atau bahkan merasa dirinya telah menjadi “tuhan”. (QS 28:78)

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ


”Qarun berkata, "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.”
(QS Al-Qashash 78)

Ketiga, berbagai macam teori ‘Ilmiah” yang menjerumuskan manusia kepada penyelewengan di bidang kemasyarakatan, ekonomi, psikologi dan bidang-bidang kehidupan lainnya. (hal. 112-113)

Keempat, malapetaka akibat teori evolusi (hal 108-113)

Kelima, kebebasan wanita (yang telah disalahgunakan). Lihat hal 227 hingga 231.


[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di News eramuslim]

Penetrasi Ideologi Pengantar

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Penetrasi Ideologi Pengantar-"
Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh Penetrasi Ideologi Pengantar Ada sementara orang yang berpendapat bahwa pembangunan kehidupan bermasyarakat akan berjalan lamban dan tersendat bilamana kita masih saja bekutat dalam perdebatan melelahkan soal urusan ideologi. Mereka mengusulkan agar perhatian dan tenaga difokuskan pada karya nyata pembangunan saja.

Sehingga kehidupan menjadi konstruktif dan tidak menguras energi konflik dalam urusan ideologis. Logika tersebut sepintas masuk di akal dan layak diterima.

Namun jika kita kaji Al-Qur’an akan ditemukan ayat-ayat yang selalu saja mengingatkan kita akan penting dan selalu relevannya problema aqidah atau ideologi. Bahkan pengutusan para Nabi dan Rasul Allah ’alaihimus-salaam seluruhnya diiringi pesan universal yang bermuatan ideologis.

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ


“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat untuk menyerukan: Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut itu”(QS An-Nahl ayat 36)

Para Nabiyullah diutus untuk memastikan kaumnya memeluk keyakinan, aqidah serta ideologi Rabbani. Bahkan Rasulullah Muhammad shollallahu ’alaihi wassallam dalam keseluruhan masa perjuangan da’wahnya yang berlangsung selama 23 tahun menghabiskan 13 tahun sendiri untuk mengokohkan aqidah para sahabatnya radhiyallahu ’anhum. Beliau belum beranjak kepada urusan lainnya sebelum masalah ideologi tertanam kuat di dalam dada para pengikut setianya.

Berbagai urusan lainnya, pada hakikatnya merupakan pengejawantahan dari kemantapan ideologi. Aspek ibadah, akhlak, sosial, ekonomi, politik, budaya, pertahanan-keamanan dan militer hanya akan tampil dengan lengkap dan utuh bilamana landasan ideologisnya telah tertancap dengan dalam dan mantap.

Bahkan dalam banyak ayat kita temukan seruan para utusan Allah kepada kaumnya sebagai berikut:

يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ


"Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya." (QS Al-A’raf 59)

Seruan kepada ideologi Rabbani ini pulalah yang menimbulkan kegusaran dan permusuhan kaum musyrikin kepada ahli Tauhid.

كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ


”Amat berat bagi orang-orang musyrik apa yang kamu seru mereka kepadanya.” (QS Asy-Syuuro 13)

Kesombongan menjadi respon pertama yang ditampilkan oleh para kaum kafir ketika diajak kepada ideologi Rabbani yang intinya adalah ajakan untuk mengesakan ilah, yakni Allah subhaanahu wa ta’aala.

إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ


Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Doc. Pribadi © Suriya-Aceh Info Anak Meulaboh: "-Penetrasi Ideologi Pengantar-"
“Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka, "Laa ilaaha illallah" (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri.”(QS Ash-Shaaffaat 35)

Jadi, sepanjang sejarah kemanusiaan konflik ideologi senantiasa mewarnai kehidupan di dunia. Kompetisi dan persaingan dominasi penetrasi ideologi akan senantiasa berlangsung sepanjang zaman.

Dengan kata lain, barisan ahli Tauhid tidak sepatutnya mengatakan bahwa konflik ideologis telah berlalu. Ia tidak akan pernah selesai hingga kita menyaksikan bagaimana Allah mengganjar pemeluk ideologi Rabbani dengan surgaNya dan pemeluk ideologi selainnya dengan siksa nerakaNya. Wa na’udzubillahi min dzaalika.


[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di News eramuslim]