Home » » Sisi Lain Konflik Rusia – Ukraina Part-4

Sisi Lain Konflik Rusia – Ukraina Part-4

Property Pribadi Suriya-Aceh Info-Anak-MeulabohDoc. Pribadi Ilustrasi Gambar Blog Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh: Sisi Lain Konflik Rusia – Ukraina Part-4
Antara Senjata Nuklir, Tukang Gaduh, dan Kepemimpinan Kuat
Suriya-Aceh Info-Anak-Meulaboh Sisi Lain Konflik Rusia – Ukraina Part-4 - Rusia bukanlah satu-satunya ‘negeri nuklir’ di muka bumi. Namun, di antara sembilan negara pemilik senjata nuklir, konon Beruang Merah sebutan lain Rusia paling disegani kawan serta ditakuti lawan karena faktor jumlah dan kualitas nuklirnya.

Isu (nuklir) tersebut sempat membikin gaduh panggung global sebab Putin memerintahkan pasukan nuklirnya siaga tinggi (dan siap tembak). Mengapa? Bahwa terkait konflik Ukraina, info intelijen mensinyalir bakal ada pendadakan dan penyerbuan besar-besaran terhadap tentara Rusia, sedang pendadakan justru berasal dari (dalam) Ukraina sendiri. 

Entah entitas mana mau disusupkan serta menyelinap dalam jumlah besar ke Ukraina. Akan tetapi, usai Putin memberi intruksi pasukan nuklir siaga tinggi, info intelijen pun meredup, menjauh, dan lenyap. Top. Sebuah langkah kontra (intelijen) yang jitu. Tanpa letusan peluru, satu persoalan pun selesai.

Ya, efek isu tersebut, publik pun mencari-tahu rincian hulu ledak kepunyaan kelompok negara nuklir pun beredar. Data Arms Control Association (AC) 2021, bahwa jumlah bom di dunia ada 13.000-an, di mana 90%-nya dikuasai Rusia dan AS. Sekitar 9.600 hulu ledak nuklir di bawah kendali militer. Itu garis besarnya.

Sebagaimana dikutip CNBC Indonesia (1/3/2022), rincian hulu ledak nuklir sebagai berikut:

1. Rusia: 6.257
2. AS: 5.550
3. China: 350
4. Prancis: 290
5. Inggris: 225
6. Pakistan: 165
7. India: 156
8. Israel: 90
9. Korea Utara: 40-50

Bila persepsi publik selama ini tergiring bahwa Korea Utara (Korut)-lah “biang”-nya senjata nuklir. Wajar. Sebab, ia kerap bikin gaduh jika mau uji coba senjata nuklirnya. Banyak ulah. Bahkan pernah, AS turun tangan meredam kegaduhan tersebut. Jika ditelusur, ternyata nuklir Korut tidak ada secuil kuku (lihat data CNBC di atas) bila dibanding Rusia punya.

Dan melalui data CNBC tadi, sebenarnya sudah terbaca, kenapa NATO enggan ikut campur dalam konflik di Ukraina? Ya. Karena yang dihadapi kali ini bukan sekedar kaleng-kaleng. Selain berstatus autarki, Rusia hampir tidak memiliki ketergantungan pada negara lain (swasembada) dalam hal pangan dan energi. Di samping punya gas weapon atas jajaran negara Eropa, Rusia memiliki hak veto di PBB, dan ia merupakan negara nuklir terbesar serta terkuat di muka bumi.

Dan paling utama sebenarnya, bahwa Rusia kini dipimpin sosok mantan KGB, memiliki leadership kuat, memahami konstelasi geopolitik global, penuh perhitungan, bernyali, bahkan cenderung ‘nekat’.

Entah apa di benak Putin tatkala mendengar sanksi-sanksi ekonomi kepada Rusia akibat “invasi”-nya, ia malah tertawa. Perlahan akhirnya terbukti, para pemimpin Jerman, Inggris, dan Belanda (7/3/2022) memperingatkan jajaran Eropa, agar jangan melarang (stop) impor energi dari Rusia sebagai sanksi atas invasinya ke Ukraina, kenapa? Karena tidak ada pasokan alternatif yang bisa segera menggantikan. Rusia adalah salah satu produsen minyak mentah terbesar di dunia serta merupakan pemasok utama gas alam di Eropa.

Kemarin, Prancis sempat juga dibuat ‘menggigil’ oleh Beruang Merah. Apa pasal?

Begini. Entah ini agitasi, anekdot, atau memang realitas, cerita pun telah beredar. Ketika Menteri Keuangan Prancis, Bruno Le Maire mengancam akan membuat ekonomi Rusia jatuh. Putin mengancam akan melenyapkan Prancis dari peta dunia (dengan nuklir) tanpa diberitahu terlebih dahulu. Lha, Emmanuel Macron, Presiden Prancis langsung menelpon Presiden Rusia meminta maaf atas pernyataan menterinya. Menggigil.

Dimitry Medvedev, Kepala Urusan Federasi Rusia mengatakan kepada Prancis agar berhati-hati dalam memberikan statement. Karena saat ini Prancis berpeluang menjadi sasaran serangan Rusia bila salah langkah.

Sekali lagi, entah anekdot, agitasi, atau realitas, cerita di atas merupakan sisi lain dalam konflik Rusia versus Ukraina yang mutlak harus dicermati bersama.

di Tulis Oleh: M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)


[Sumber: yang diambil oleh Admin Suriya-aceh Info-Anak-Meulaboh Silahkan Lihat Di News theglobal-review]

0 Responses to komentar:

Post a Comment

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.

Peraturan Berkomentar
[1]. Dilarang menghina, Promosi (Iklan), Menyelipkan Link Aktif, dsb
[2]. Dilarang Berkomentar berbau Porno, Spam, Sara, Politik, Provokasi,
[3]. Berkomentarlah yang Sopan, Bijak, dan Sesuai Artikel, (Dilarang OOT)
[3]. Bagi Pengunjung yang mau tanya, Sebelum bertanya, Silakan cari dulu di Kotak Pencarian

“_Terima Kasih_”